Posts

Semenjak Hari Itu

Mikha masih termenung di sudut ruang kamar kosnya. Meski ruangan itu dicat biru supaya memberi kesan sejuk, kali ini Mikha justru merasa dadanya begitu sesak, panas. Dia masih butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya. Hanya termangu menatap jendela kamarnya yang sejak pagi tadi ia lakukan, bahkan untuk sekedar makan pun dia tidak ingat.   Mikha seperti terhipnotis. Kebetulan kuliahnya hari ini ditiadakan. Mobilitas tubuhnya hampir nol, pikirannya sibuk memutar memori kenangan masa lalu. Namun pipinya tidak lantas basah, seperti ada yang menyumbat kelenjar air matanya. Peristiwa itu sepertinya begitu dahsyat menghantam batin gadis gemuk berambut ikal ini. Reno, lelaki yang selama ini dicintai Mikha, tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dengan alasan telah menemukan wanita lain yang lebih menarik perhatiannya. Mikha tidak menyangka bahwa Reno akan tega melakukan hal itu kepadanya. Perjalanan panjang cinta mereka yang telah terajut selama tiga tahun belakangan ini seperti sand

Catatan Kecil Untukmu

Hai ! Iya, kau yang punya senyum seindah itu. Apa kabarmu hari ini? Baik? Jangan tanya kabarku yang selalu membaik tiap melihatmu. Kau memiliki daya magis yang hebat. Setiap ada kesedihan yang mulai berani mendekatiku, kehadiranmu selalu berhasil mengusirnya. Meskipun kau tidak melakukan apa pun. Meskipun kau hanya berdiri di seberang sana. Kau tetap saja mampu mengusir kesedihan itu. Hebat. Memang, kata-kata Tere Liye ada benarnya, seseorang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik.  Bukan masalah besar bagiku bila harus terkungkung dalam imajinasi tentangmu. Aku bisa menikmatinya. Menikmati pesona yang kau pancarkan. Menikmati kata-katamu yang sederhana tapi bermakna. Menikmati gerak-gerikmu dari kejauhan. Me

Kepulan Rindu

Waktu memang begitu ajaib mengemas semua rindu yang terasa. Lihatlah! Rindu-rindu itu kini mulai berani mengepul. Tidakkah kau melihatnya? Mereka bersaing dengan gerombolan awan di langit yang indah di sana. Bukan. Bukan aku yang membuatnya terlepas begitu saja. Aku sudah menahannya semampuku. Sungguh. Namun, kau yang tidak pernah berhenti menyetorkan rindu-rindu itu. Setiap bayangan tentang senyum indah itu, selalu menambah jumlah rindu yang tertampung. Aku juga hanya wanita biasa, punya keterbatasan. Kau yang luar biasa. Sekarang sudah bulan ke sembilan di tahun ini. Itu artinya lima belas bulan aku menampung semua rindu itu. Wajar bukan jika saat ini rindu-rindu akhirnya mengepul? Kau selalu saja menambah rindu yang baru. Jadi, kupikir tak masalah jika kepulan rindu itu kini menuju langit yang indah di sana. Aku masih tetap bisa melihatnya, juga merasakannya. Begitu indah. Tenang saja, mereka tidak akan hilang, sepertinya mereka telah nyaman di sana.  Aku memang tidak bisa

Beasiswa Data Print

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya. Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta. Adapun peraturan cara penulisan essay adalah sebagai berikut : 1. Essay merupakan opini pribadi. Tuangkan ide kamu semenarik mungkin. 2. Penulisan dan ta

Ah Kamu (2)

Wajahmu kupandang lekat Bayangmu dalam imajiku begitu pekat Tolong jangan buatku nekat Aku paham kamu hebat Aku terlalu sibuk menunggu Padahal hidup bukan sekedar lagu Tak sangka dihampiri ragu Karena hanya mampu bertopang dagu Kamu datang tanpa disuruh Ketika aku mulai berpeluh Sepertinya harapan itu telah luruh Kukira kamu yang inginkan jauh Kurasa sudah terlambat Hati ini memang pernah tertambat Ketakutan itu cukup menghambat Membuat rasa enggan merambat Ah kamu tidak peka Cintaku bukan jenaka Tak perlu coba membuka Jika hanya torehkan luka Ya, aku merasa payah Rasa ini tak salah Harusnya tak mengharap upah Agar tak dirundung gelisah Aku coba buatnya tiada Meski terasa sesak dalam dada Katanya harapan itu masih ada Selama belum terbaring di keranda Biar saja di sini sendiri Aku tak mampu terus lari Kubariskan seluruh jari Supaya indah suatu hari

Jangan Tanya Aku

Jangan tanyakan padaku berapa kali aku merasa kecewa pada sikap atau ucapanmu. Kamu terlalu teguh memelihara 'ketidakacuhan' mu itu. Tak bisakah kamu bagi rasa pedulimu itu padaku? Sedikit saja. Hmm bertanya dan meminta itu beda kan ? Lisan yang kamu luncurkan memang sederhana. Katanya ucapan yang keluar itu ibarat anak panah yang meluncur. Nah tak jarang sesederhana itu pula ucapanmu menancap tepat di hatiku.  Ya mungkin ini salahku karena tak bisa mencari celahmu. Aku terhipnotis pesonamu. Ketika ekspektasi begitu jauh dengan realita, maka lahirlah kecewa. Jangan tanyakan padaku berapa kali senyum kamu mampu membuat hati ini luluh kembali. Ah senyummu seperti berlomba dengan narkoba. Pandai sekali mencari celah dalam aliran darahku untuk membuatku ketagihan. Sejauh ini aku hanya mampu menikmatinya saja. Entah akan bagaimana efek jangka panjangnya. Jangan tanyakan padaku bagaimana diri ini jatuh bangun mencintamu. Rasanya sudah tak terhitung berapa kali aku ingin meng

Ah Kamu...

Dulu ketika jam telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan kita masih melakukan percakapan melalui pesan singkat, kamu pernah memintaku untuk membangunkanmu jam 5 subuh. Harus ku akui bahwa tidur merupakan salah satu dari kegemaranku. Tapi aku begitu bersemangat ketika mendapat permintaan darimu itu. Meskipun untuk mengabulkannya aku harus menjaga mataku supaya tak lekas terlelap. Aku rela menyita waktu tidurku hanya supaya bisa mengabulkan permintaanmu yang begitu sederhana. Aku rela memaksa mataku agar tetap terjaga. Aku rela. Rela.  Tapi kamu takkan pernah tahu kan? Kamu takkan pernah tahu bagaimana aku menanggapi permintaanmu yang sederhana itu. Kamu takkan pernah tahu betapa diri ini menganggap hal sederhana tentangmu itu begitu istimewa. Kamu takkan pernah tahu selama tiga jam aku hanya memandangi jam di kamarku. Yang kamu tahu hanyalah deringan telepon genggammu tepat jam 5 subuh. Aku tak ingin telat satu menit pun. Ah tapi itu dulu. Rasanya waktu begitu cepat mengubah