Posts

Opera Jatuh Bangun

Aku tak pernah menyadari kapan benih itu muncul. Dia datang dengan tiba-tiba. Aku tak pernah memberinya izin. Namun dia malah menetap. Kemudian tumbuh. Semakin hari semakin bertambah. Awalnya ku pikir tak masalah. Karena dia begitu manis. Mana tega aku membunuhnya. Ternyata dia cukup pintar. Aku merasa dikelabuhi. Memang begitulah caranya hidup. Manis, tapi berduri.  Mereka bilang itu sebuah proses. Oh, proses untuk membunuhku? Pembunuhan berencana barangkali. Serangkaian alurnya begitu tersusun rapih. Aku bias karena paradigma yang ku buat. Aku begitu percaya pada dongeng ibu peri. Segalanya akan berakhir bahagia. Ibu peri tak hadir di dunia nyata. Tongkat saktinya tak mampu mengobati perih. Kau dengar jeritan itu? Wow! Padahal di sana hanya ruang kosong sekarang. Tidak ada mekanisme apa pun yang bekerja. Kecuali puing-puing waktu lampau yang bersisa. Kasihan. Waktu pandai memberi kejutan. Tanpa diberi kesempatan untuk bersiap. Oh ya, ini kan sebuah proses. Aku rasa aku bisa

Ello vs Kamu

Kamu tau gak bedanya Ello sama kamu? Kalo Ello pergi untuk kembali, kalo kamu datang untuk pergi :p

Cinta vs Akal

Cinta, gabungan lima huruf yang membentuk sebuah kata. Sebuah kata yang mampu mengubah segalanya. Cinta bagai angin yang hanya mampu dirasa kehadirannya. Cinta itu tak masuk akal ! Buat apa mencinta sesuatu yang tak bisa membalasnya? Buat apa mencinta sesuatu yang pada akhirnya hanya menciptakan kecewa? Tapi memang seperti itulah cinta. Seperti kedua orangtua yang tetap mencinta anaknya meski mereka sadar tak akan mendapat balasan setimpal. Cinta tak mengharap imbalan. Cinta itu tulus. Tapi memang seperti itulah cinta. Seperti cinta-Nya kepada segala yang diciptakan meski Dia tahu akan dikecewakan. Cinta tak mengharap kesempurnaan. Cinta itu memaafkan. Ya, cinta memang tak masuk akal. Terkadang akal tak mampu menjadi media untuk semua hal. Mungkin itulah mengapa tuhan menyisipkan perasaan. Supaya mampu merasa. Rasa yang belum mampu seutuhnya diterima akal.

Memendam Rindu

Image
Setiap bunga pasti memiliki keindahannya masing-masing. Percayalah. Bukan karena kamu tak memiliki keindahan, sehingga kumbang itu tak tertarik untuk menghisap madumu. Mungkin dia bukan kumbang yang kamu butuhkan. Sederhana saja. Tak perlu berasumsi terlalu kompleks sehingga membuat kamu terlalu berpikir. Nikmati dan rasakan saja sensasinya.  Mungkin saat ini Tuhan ingin kamu belajar bagaimana caranya memendam rindu. Agar pada waktu yang tepat nanti rindu-rindu itu bisa kamu lepaskan dengan cara yang indah. Membuatmu bahagia. Membuatnya bahagia. Tak perlu terburu-buru, Dia memberimu waktu supaya kamu bisa memancarkan keindahan itu. Kumbang itu hanya belum mampu melihat betapa indahnya mahkota yang kamu miliki. Dok. Pribadi (2013)

Seperti Kamu

Seperti bunga yang tak pernah lelah memancarkan indahnya Seperti rembulan yang tetap bersinar meski dalam kegelapan Seperti rintik hujan di padang pasir yang menghapus dahaga  Seperti senja di tepian pantai yang terkesan memberi romantika Seperti bola mata itu yang selalu bisa hadirkan bahagia Seperti senyum itu yang pandai sekali tentramkan jiwa Seperti kamu....

Terima Kasih Ya :)

Aku hanya mampu berterima kasih. Apa lagi kata yang harus ku ucap selain terima kasih? Kamu memang luar biasa. Kenapa Tuhan memilih aku untuk menjadi tokoh dalam kisah ini? Kenapa Tuhan memilih kamu yang menjadi lawannya? Oh iya, Tuhan percaya aku bisa melakukannya. Sekali lagi, kamu memang luar biasa. Dari kamu, aku belajar banyak hal. Mungkin ini maksud-Nya membiarkan semua ini terjadi. Mungkin memang harus seperti ini dulu. Terima kasih ya, untuk semua yang telah terjadi di antara kita. Kamu membuatnya begitu variatif. Aku sampai harus berpikir lebih. Meski kadang pada akhirnya perasaan ini selalu bisa mendominasi. Maklum, aku hanya perempuan. Komposisi akal dan perasaan kurang seimbang. Kalau sudah begitu hanya senyuman yang bisa merekah menghiasi wajahku. Kemudian di bagian kisah yang lain kamu mampu membuatnya menjadi bulir-bulir air mata. Ternyata aku hanya berada di bawah kekuasaan perasaanku. Kamu memang luar biasa. Terima kasih ya, untuk semua yang telah terjadi di a

Selamat Datang Senja

Sejumput sapa Atas kedatanganmu Emosi diterpa Anggaplah tamu Di sini aku bisa istirahat sejenak dari kebisingan yang memekakkan telinga Di sini aku bisa istirahat sejenak dari kemelut yang mengungkung jiwa Lihatlah... Kepakkan sayap burung-burung di sana Lenggak-lenggok tarian pepohonan Hembusan angin yang berlomba Selamat datang senja Mari berpesta dalam jingga Merasa waktu bergulir manja Tenggelam dalam pesonamu yang tak hingga