Posts

Live Your Life As If You Were To Die Tomorrow?

Ever heard about phase " Live your life as if you were to die tomorrow " ? I did. At first, I was like. Oh yeah I gotta do the best of the best of the best that I can do for today cause it's my last day in this beautiful world. I gotta learn as much as I can. Cause this life is a lesson after all. But then... when I think about it, what is the best of the best of the best thing that I can do so that I have no regret for my life? Help people as much as possible? Eat the best food in the world? Work as long as I can? Or pray as muuuuch as it can be? And hope god will grant those prays. At least there's still hope in the last minute. Ehee. Me personally, maybe will think that I'd spent all of money that I have for entertaining me. Life must be happy right? Ehee. Or maybe I'll just lay down on bed all day, with make up on. As if I'm the sleeping beauty princess. Ehee. Why don't we change a bit the sentence? Maybe like " Live your life as if

Ilusi Cinta

Akhir pekan belakang ini merupakan waktu-waktu yang digunakan untuk mengunjungi resepsi pernikahan kawan. Sabtu nanti telah datang undangan pernikahan dari kawan kala sekolah menengah pertama dahulu. Undangannya bagus, dengan paduan warna biru tua dan silver. Mirip dengan undangan impianku yang pernah kuceritakan pada mempelai wanitanya. Di bagian depan tertulis Sarah dan Adam. Aku mengenal keduanya. Sarah adalah sahabatku. Setidaknya aku pernah menganggapnya demikian. Meski hampir sewindu belakangan ini kami tak lagi intens berkomunikasi karena dulu aku harus pindah ke Malang. Ayahku dipindahtugaskan ke Malang sehingga aku dan kedua orang tuaku harus tinggal di Malang. Aku bahkan tak sempat ikut acara perpisahan SMP. Sarah sempat sedih. Aku pun sedih. Awalnya kami masih berkirim pesan. Berbagi cerita tentang apa saja yang terjadi dengan hidupnya di Jakarta dan hidupku di Malang. Hingga akhirnya Sarah bercerita bahwa ia dan Adam tengah berpacaran. Saat itu kami baru menjadi siswa pu

Kedatangan Tamu

Berkat masukan salah seorang kawan, aku berpikir ulang. Kemudian berniat untuk mengaplikasikan segala teori yang sempat didiskusikan. Menarik. Atas dukungan semesta, kesempatan yang ada segera kumanfaatkan. Aku tidak mengunci pintu. Meski kuncinya masih tergantung di sana. Siapa pun yang penasaran dapat langsung masuk dengan mudah. Jika saja ia punya keberanian sebanyak itu. Ada yang cukup berani. Kupersilakan. Aku sudah berjanji hendak mencoba. Supaya mengerti. Sepertinya pengalaman sendiri akan lebih efektif untuk mengajarkan. Meski pengalaman orang lain juga dapat dijadikan rujukan. Kepada tamu, sudah sepatutnya aku bersikap baik. Ramah. Memberinya minum, bahkan makan. Namun, ia malah ingin tidur di kamarku. Badannya pegal katanya. Ia hanya ingin rebah sejenak. Sejenak. Kemudian ia pergi. Kesal karena aku tak membersihkan kakinya saat ia tidur. Kamarku berantakan. Ia tidur sambil berjalan. Lalu bangun sambil marah. Ia bahkan tak pernah bertanya mengapa aku membukakan pin

Ternyata Bukan Mimpi

Bukan suatu hal yang aneh ketika setiap perjalanan menyisakan sepenggal kisah. Memang pada hakikatnya, pelaku perjalanan akan mencari kisah, meski akhirnya hanya untuk dikenang. Dalam setiap duduk, berdiri, bahkan berjalanku kini tak lagi kosong. Ada beberapa penggalan kisah yang tersisa dalam memoriku. Masih ingin tinggal, masih ingin dikenang. Mungkin karena cukup bermakna. Kadang membuatku tersenyum. Kemudian membuatku terdiam dan berpikir ulang.  Beberapa mata ternyata punya metode sendiri untuk melihat suatu objek. Maksudku, objek yang sama belum tentu akan terlihat sama. Bagiku apel merah begitu mewah untuk dinikmati sebagai makan malam. Bagi putri salju setelah bangun tidur, apel merah terlalu bahaya untuk dikonsumsi. Meski tidak ada yang tahu apel itu mengandung racun atau mengandung zat baik. Beberapa kejadian menarik dan menyenangkan ternyata tak selalu baik untuk konsumsi jiwa. Boleh jadi ada yang tidak sesuai dengan nilai yang telah dipegang sejak lama. Kemudian ak

Open Trip: Main ke Prau Via Patak Banteng

Image
Bagi sobat urban yang biasanya suka cari tempat pelarian dari bising, penat, padat, atau apapun itu yang ibukota banget, waktu yang bisa digunakan setidaknya adalah di akhir pekan. Nah, untuk tipe pelarian diri akan terbagi lagi biasanya menjadi beberapa golongan. Buat yang uangnya melimpah ruah mah bebas, mau ke luar negeri atau luar angkasa barangkali. Namun, buat sobat misquin perlu mikir berulang kali. Liburan manis, yang gak bikin meringis, karena melihat dompet yang menipis. Oleh karena itu, main ke Prau selama tiga hari dua malam dengan biaya Rp 650.000 bisa dijadikan pilihan. Terlebih, perjalanan kali ini diselenggarakan oleh teman-teman dari Pulang Pergi Bareng (P2B) .Dari namanya pun sudah menarik, pulang pergi bareng ( udah berasa dilindungin dan gak bakal ditinggalin aja gitu hahaha ). Akibat ikut open trip sendirian sebelumnya (Lihat postingan Rasanya Ikut Open Trip: Main ke Ciremai... ) saya jadi ingin mencobanya lagi. Kali ini saya dapat info open trip dari taga

Bajingan Pahlawanku

Selain senja, hujan memang biasa dijadikan media untuk membantu mereflesikan diri. Aku adalah salah satu dari sekian juta orang yang menggunakan hujan untuk berselancar dalam memoriku. Dua tahun ini, hidupku tak pernah masuk dalam angan-anganku dulu. Benar juga, hidup penuh kejutan. Aku cukup terkejut dibuatnya. Dua tahun lalu, duduk-duduk santai di sofa mewah sambil menikmati secangkir kopi yang aromanya dapat merelaksasi seperti ini tidak pernah sebersit pun mampir dalam imajiku. Dua tahun lalu, mereka menganggapku seperti sampah. Kumal, bau, tidak terawat.  Tapi itu semua sudah berlalu. Dua tahun lalu, jika saja aku tidak bertemu dengan Mas Ridwan, mungkin mereka bisa saja membuangku ke Bantar Gebang atau tempat pembuangan sampah lainnya. Kau tahu? Mereka bilang Mas Ridwan itu tak lebih dari bajingan yang hanya ingin memanfaatkanku. Kau tahu? Bagiku, Mas Ridwan adalah pahlawanku. Mereka hanya tidak tahu keseluruhan ceritanya. Mereka hanya melihat apa yang ingin mereka lihat. Mer

Sajak Keseimbangan

Jika melangkah mulai terasa melelahkan maka jeda dapat dipertimbangkan Jika membuka jendela mulai tak terasa segar maka memejam mata bukan berarti tak tegar Jika tertawa tak lagi menyenangkan maka air mata dapat diandalkan Jika pikirmu semua mudah setelah membuka pagar maka tak perlu pergi karena takut menjadi tempat bersandar Karena sesungguhnya kemudahan bukan ada setelah kesulitan melainkan kemudahan ada bersama kesulitan