Posts

Terima Kasih Hujan

Image
Di depan toko roti Aku berdiri memandangi Bukan meratapi Bulir-bulir hujan basahi pipi Ketika jemari mulai membeku Kamu datang membuyarkan lamunanku Menawarkan jasa untuk tambahan uang saku Tanpa alas kaki sebagai pelindung dari paku Hujan kali ini terasa berbeda Hujan kali ini tak sedingin biasanya Hujan kali ini membuatku percaya Cinta itu masih ada Kukira hati ini sudah mati Karena lama kusimpan dalam peti Setelah dia menancapkan belati Kemudian pergi tanpa simpati Saat hujan biaskan peluh Ketika mereka mencibir bajumu yang lusuh Kala ujian tak lekas buatmu mengeluh Sejak itu kau mampu buatku jatuh

Memandangmu Dari Jauh

Image
Jika harus seperti ini skenarionya Jika harus aku yang memainkan peranannya Jika harus ada jarak yang menambah cerita Aku tetap bahagia Kadang realita tak sesuai ekspektasi Kadang hati terbelit imajinasi Kadang akal dikuasai emosi Aku tetap nikmati Meski berkali perang kalbu Meski hasrat sering mencipta pilu Meski sikapmu tak sadar menjadi sembilu Aku tetap menunggu

Surat Cinta Untuk Commutter Jabodetabek

Tidak dapat dipungkiri, kereta merupakan alat transportasi yang paling diminati oleh masyarakat, termasuk saya. Untuk menjangkau kampus, tiap harinya saya memilih menggunakan kereta. Selain karena tarifnya yang murah, waktu tempuhnya juga lebih cepat. Tak heran jika kereta menjadi pilihan transportasi masyarakat. Ada banyak kejadian menarik yang saya alami selama menggunakan kereta. Yang paling berkesan adalah ketika kereta mulai sesak namun masih banyakpenumpang yang menjejalkan diri agar bisa masuk. Saya semakin menyadari betapa hidup butuh diperjuangkan. Ada tiga golongan yang dapat saya kategorikan dari penumpang. Pertama, saya menyebutnya golongan pro kebersamaan. Golongan ini senantiasa mendukung penumpang yang hendak masuk meskikereta telah padat. mereka sadar bahwa kereta sudah menjadi kebutuhan bersama. "dorong aja mba" "ayo bu sini saya tarik dari dalem " Begitulah reaksi golongan ini terhadap penumpang yang hendak naik. Saling membantu. Kemudi

Opera Jatuh Bangun

Aku tak pernah menyadari kapan benih itu muncul. Dia datang dengan tiba-tiba. Aku tak pernah memberinya izin. Namun dia malah menetap. Kemudian tumbuh. Semakin hari semakin bertambah. Awalnya ku pikir tak masalah. Karena dia begitu manis. Mana tega aku membunuhnya. Ternyata dia cukup pintar. Aku merasa dikelabuhi. Memang begitulah caranya hidup. Manis, tapi berduri.  Mereka bilang itu sebuah proses. Oh, proses untuk membunuhku? Pembunuhan berencana barangkali. Serangkaian alurnya begitu tersusun rapih. Aku bias karena paradigma yang ku buat. Aku begitu percaya pada dongeng ibu peri. Segalanya akan berakhir bahagia. Ibu peri tak hadir di dunia nyata. Tongkat saktinya tak mampu mengobati perih. Kau dengar jeritan itu? Wow! Padahal di sana hanya ruang kosong sekarang. Tidak ada mekanisme apa pun yang bekerja. Kecuali puing-puing waktu lampau yang bersisa. Kasihan. Waktu pandai memberi kejutan. Tanpa diberi kesempatan untuk bersiap. Oh ya, ini kan sebuah proses. Aku rasa aku bisa

Ello vs Kamu

Kamu tau gak bedanya Ello sama kamu? Kalo Ello pergi untuk kembali, kalo kamu datang untuk pergi :p

Cinta vs Akal

Cinta, gabungan lima huruf yang membentuk sebuah kata. Sebuah kata yang mampu mengubah segalanya. Cinta bagai angin yang hanya mampu dirasa kehadirannya. Cinta itu tak masuk akal ! Buat apa mencinta sesuatu yang tak bisa membalasnya? Buat apa mencinta sesuatu yang pada akhirnya hanya menciptakan kecewa? Tapi memang seperti itulah cinta. Seperti kedua orangtua yang tetap mencinta anaknya meski mereka sadar tak akan mendapat balasan setimpal. Cinta tak mengharap imbalan. Cinta itu tulus. Tapi memang seperti itulah cinta. Seperti cinta-Nya kepada segala yang diciptakan meski Dia tahu akan dikecewakan. Cinta tak mengharap kesempurnaan. Cinta itu memaafkan. Ya, cinta memang tak masuk akal. Terkadang akal tak mampu menjadi media untuk semua hal. Mungkin itulah mengapa tuhan menyisipkan perasaan. Supaya mampu merasa. Rasa yang belum mampu seutuhnya diterima akal.

Memendam Rindu

Image
Setiap bunga pasti memiliki keindahannya masing-masing. Percayalah. Bukan karena kamu tak memiliki keindahan, sehingga kumbang itu tak tertarik untuk menghisap madumu. Mungkin dia bukan kumbang yang kamu butuhkan. Sederhana saja. Tak perlu berasumsi terlalu kompleks sehingga membuat kamu terlalu berpikir. Nikmati dan rasakan saja sensasinya.  Mungkin saat ini Tuhan ingin kamu belajar bagaimana caranya memendam rindu. Agar pada waktu yang tepat nanti rindu-rindu itu bisa kamu lepaskan dengan cara yang indah. Membuatmu bahagia. Membuatnya bahagia. Tak perlu terburu-buru, Dia memberimu waktu supaya kamu bisa memancarkan keindahan itu. Kumbang itu hanya belum mampu melihat betapa indahnya mahkota yang kamu miliki. Dok. Pribadi (2013)