Posts

Showing posts from August, 2018

Live Your Life As If You Were To Die Tomorrow?

Ever heard about phase " Live your life as if you were to die tomorrow " ? I did. At first, I was like. Oh yeah I gotta do the best of the best of the best that I can do for today cause it's my last day in this beautiful world. I gotta learn as much as I can. Cause this life is a lesson after all. But then... when I think about it, what is the best of the best of the best thing that I can do so that I have no regret for my life? Help people as much as possible? Eat the best food in the world? Work as long as I can? Or pray as muuuuch as it can be? And hope god will grant those prays. At least there's still hope in the last minute. Ehee. Me personally, maybe will think that I'd spent all of money that I have for entertaining me. Life must be happy right? Ehee. Or maybe I'll just lay down on bed all day, with make up on. As if I'm the sleeping beauty princess. Ehee. Why don't we change a bit the sentence? Maybe like " Live your life as if

Ilusi Cinta

Akhir pekan belakang ini merupakan waktu-waktu yang digunakan untuk mengunjungi resepsi pernikahan kawan. Sabtu nanti telah datang undangan pernikahan dari kawan kala sekolah menengah pertama dahulu. Undangannya bagus, dengan paduan warna biru tua dan silver. Mirip dengan undangan impianku yang pernah kuceritakan pada mempelai wanitanya. Di bagian depan tertulis Sarah dan Adam. Aku mengenal keduanya. Sarah adalah sahabatku. Setidaknya aku pernah menganggapnya demikian. Meski hampir sewindu belakangan ini kami tak lagi intens berkomunikasi karena dulu aku harus pindah ke Malang. Ayahku dipindahtugaskan ke Malang sehingga aku dan kedua orang tuaku harus tinggal di Malang. Aku bahkan tak sempat ikut acara perpisahan SMP. Sarah sempat sedih. Aku pun sedih. Awalnya kami masih berkirim pesan. Berbagi cerita tentang apa saja yang terjadi dengan hidupnya di Jakarta dan hidupku di Malang. Hingga akhirnya Sarah bercerita bahwa ia dan Adam tengah berpacaran. Saat itu kami baru menjadi siswa pu

Kedatangan Tamu

Berkat masukan salah seorang kawan, aku berpikir ulang. Kemudian berniat untuk mengaplikasikan segala teori yang sempat didiskusikan. Menarik. Atas dukungan semesta, kesempatan yang ada segera kumanfaatkan. Aku tidak mengunci pintu. Meski kuncinya masih tergantung di sana. Siapa pun yang penasaran dapat langsung masuk dengan mudah. Jika saja ia punya keberanian sebanyak itu. Ada yang cukup berani. Kupersilakan. Aku sudah berjanji hendak mencoba. Supaya mengerti. Sepertinya pengalaman sendiri akan lebih efektif untuk mengajarkan. Meski pengalaman orang lain juga dapat dijadikan rujukan. Kepada tamu, sudah sepatutnya aku bersikap baik. Ramah. Memberinya minum, bahkan makan. Namun, ia malah ingin tidur di kamarku. Badannya pegal katanya. Ia hanya ingin rebah sejenak. Sejenak. Kemudian ia pergi. Kesal karena aku tak membersihkan kakinya saat ia tidur. Kamarku berantakan. Ia tidur sambil berjalan. Lalu bangun sambil marah. Ia bahkan tak pernah bertanya mengapa aku membukakan pin