Posts

Showing posts from March, 2017

Bolehkah Aku Menyimpan Kenangan Ini?

Jumat malam di jalanan Jakarta merupakan salah satu sarana untuk melatih kesabaran. Aku tidak naik kereta karena sedang ada gangguan rel anjlok di Stasiun Jatinegara, jadi aku memilih naik motor. Jadilah perjalanan panjang dari kantor menuju rumahku harus kuhadapi dengan sabar. Entah sial atau berkah,di tengah perjalanan hujan ikut menemani perjalananku. Kuarahkan motorku ke tepi jalan untuk memakai jas hujan. Kemudian, lagi-lagi aku ingat momen indah itu. Ya, apalagi kalau bukan kenangan bersamamu. Waktu itu kamu menjemputku dengan motor merah pujaanmu. Bahkan banyak pula orang yang ikut memuja motormu. Jika saja kamu tahu, ada beberapa temanmu yang dengan nyinyir mengatakan bahwa aku beruntung bisa menjadi teman dekatmu, karena kamu memiliki motor merah itu. Aku tak habis pikir, apakah menurut mereka kamu tidak lebih berharga? Jika saja mereka tahu, aku tak pernah ikut memuja motor merah itu. Jika saja mereka tahu, pupil mataku membesar ketika aku melihatmu, bukan motor merah itu.

Tentang Sebuah Pengakuan

Gaun merah marun tanpa lengan menjadi pilihanku untuk makan malam bersama Mas Dirga. Tak lupa kupakai lipstik merah yang agak gelap milik salah satu merk lokal yang kualitasnya tidak mengecewakan. Sepatu hak tinggi warna hitam yang Mas Dirga hadiahkan untukku telah menempel dengan indah pada kakiku. Jika cermin di kamarku bisa bicara, mungkin dia akan muak dan mencaciku. Sejak satu jam lalu, kupandangi diriku depan cermin. Aku hanya ingin melihat refleksi diriku tampak samping kiri, tampak samping kanan, belakang, depan, segala arah. Setiap wanita pasti ingin terlihat cantik sempurna ketika kencan bukan? Terdengar suara klakson mobil Mas Dirga. Aku cek lagi seluruh aspek penampilanku untuk terakhir kalinya sebelum bertemu dengan Mas Dirga. Perfect. Mas Dirga sudah berdiri depan mobil sedan hitamnya dengan setelan jas dan sepatu hitam yang tak kalah mengkilap dari riasan rambutnya. Aku merasa menjadi perempuan paling bahagia malam ini. "Silakan tuan putri cantik kesayanganku.&q

Kepada Hujan, Tentang Aku yang Menunggumu di Kedai Sore Itu

Kemarin aku masih mencintai hujan. Menganggapnya sebagai suatu fenomena berharga yang Tuhan berikan. Kemarin. Sebelum pertemuan kita terhambat karena kaubilang hujan turun ketika kau hendak berangkat menuju tempat pertemuan kita. Aku memilih tempat di sudut kedai. Seperti biasa, dekat jendela. Sebenarnya bukan karena aku ingin menatap bulir-bulir hujan yang turun. Tapi supaya aku dapat lebih mudah menemukan kedatanganmu. Ada sepasang remaja melewati depan kedai sore itu. Dengan seragam putih abunya. Dengan tawa yang seakan membuat orang yang melihat mereka mengira betapa kebahagiaan sedang menyelimuti mereka. Dengan lari-lari kecil yang menambah sensasi bahagia. Aku salah satu orang yang melihat kebahagiaan itu. Kuambil ponselku. Mungkin akan aku gunakan gambar ini untuk postingan terbaruku dengan tambahan kutipan yang membuat beberapa orang merasa tersentuh. "Hujannya makin lebat, kalau 30 menit belum reda, mungkin kita atur pertemuan berikutnya." Pesan masuk darim