Ah Kamu...

Dulu ketika jam telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan kita masih melakukan percakapan melalui pesan singkat, kamu pernah memintaku untuk membangunkanmu jam 5 subuh. Harus ku akui bahwa tidur merupakan salah satu dari kegemaranku. Tapi aku begitu bersemangat ketika mendapat permintaan darimu itu. Meskipun untuk mengabulkannya aku harus menjaga mataku supaya tak lekas terlelap. Aku rela menyita waktu tidurku hanya supaya bisa mengabulkan permintaanmu yang begitu sederhana. Aku rela memaksa mataku agar tetap terjaga. Aku rela. Rela. 

Tapi kamu takkan pernah tahu kan? Kamu takkan pernah tahu bagaimana aku menanggapi permintaanmu yang sederhana itu. Kamu takkan pernah tahu betapa diri ini menganggap hal sederhana tentangmu itu begitu istimewa. Kamu takkan pernah tahu selama tiga jam aku hanya memandangi jam di kamarku. Yang kamu tahu hanyalah deringan telepon genggammu tepat jam 5 subuh. Aku tak ingin telat satu menit pun.

Ah tapi itu dulu. Rasanya waktu begitu cepat mengubah segalanya. Dan perubahan itu sepertinya mulai berani menyakitkanku. Aku merindukanmu. Merindukan percakapan tengah malam kita melalui pesan singkat. Meskipun pada akhirnya aku tahu bahwa aku bukanlah satu-satunya. Ternyata segala percakapan-percakapan yang pernah kita lakukan melalui pesan singkat itu hanya bermakna begitu dalam bagiku. Bagimu? Biasa saja ya? Jelas saja, gadis itu juga pernah bercerita mengenai percakapan tengah malam kalian. Kamu bisa bayangkan bagaimana rasanya aku mendengar itu? Seperti balon yang disentuh ujung rokok yang bara apinya masih aktif. Pecah, bara itu begitu panas menyentuh. Kamu tahu bagaimana bunyi yang dihasilkannya? Mungkin seperti itulah ledakan hati ini begitu mendengar cerita itu. Bedanya, aku menahan ledakan itu dalam hati. Entah bagaimana kacaunya hati ini.

Aku telah melakukan kesalahan. Kesalahan yang membuatku jatuh begitu dalam padamu. Maafkan aku. Maaf karena aku tidak cukup pintar untuk menafsirkan semua sikapmu yang kupikir istimewa. Maaf karena aku terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan. Maaf karena hingga saat ini aku belum mampu melepaskan semua tentangmu yang terlanjur lekat ini. Maaf.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Series Celebrity di Netflix