Kepulan Rindu

Waktu memang begitu ajaib mengemas semua rindu yang terasa. Lihatlah! Rindu-rindu itu kini mulai berani mengepul. Tidakkah kau melihatnya? Mereka bersaing dengan gerombolan awan di langit yang indah di sana. Bukan. Bukan aku yang membuatnya terlepas begitu saja. Aku sudah menahannya semampuku. Sungguh. Namun, kau yang tidak pernah berhenti menyetorkan rindu-rindu itu. Setiap bayangan tentang senyum indah itu, selalu menambah jumlah rindu yang tertampung. Aku juga hanya wanita biasa, punya keterbatasan. Kau yang luar biasa.

Sekarang sudah bulan ke sembilan di tahun ini. Itu artinya lima belas bulan aku menampung semua rindu itu. Wajar bukan jika saat ini rindu-rindu akhirnya mengepul? Kau selalu saja menambah rindu yang baru. Jadi, kupikir tak masalah jika kepulan rindu itu kini menuju langit yang indah di sana. Aku masih tetap bisa melihatnya, juga merasakannya. Begitu indah. Tenang saja, mereka tidak akan hilang, sepertinya mereka telah nyaman di sana. 

Aku memang tidak bisa memprediksi hingga kapan tugasku menampung semua rindu itu selesai. Mungkin besok, atau minggu depan, atau bulan depan, atau tahun depan, atau mungkin juga tidak akan pernah. Tidak. Aku tidak pernah menyesalinya. Percayalah. Tugas ini begitu indah, begitu membahagiakan. Tugas ini pandai sekali membuatku rutin tersenyum setiap aku menerima tambahan rindu darimu lagi. Terima kasih Tuhan telah memberiku kesempatan indah ini. Kesempatan untuk merasakan menjadi manusia dengan sejuta keindahannya. Entahlah, sepertinya bukan aku yang memancarkan indah itu. Pancaranmu lebih hebat, hingga membiaskan milikku. Kau curang.

Comments

Popular posts from this blog

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Series Celebrity di Netflix