Semenjak Hari Itu



Mikha masih termenung di sudut ruang kamar kosnya. Meski ruangan itu dicat biru supaya memberi kesan sejuk, kali ini Mikha justru merasa dadanya begitu sesak, panas. Dia masih butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya. Hanya termangu menatap jendela kamarnya yang sejak pagi tadi ia lakukan, bahkan untuk sekedar makan pun dia tidak ingat.  Mikha seperti terhipnotis. Kebetulan kuliahnya hari ini ditiadakan. Mobilitas tubuhnya hampir nol, pikirannya sibuk memutar memori kenangan masa lalu. Namun pipinya tidak lantas basah, seperti ada yang menyumbat kelenjar air matanya.
Peristiwa itu sepertinya begitu dahsyat menghantam batin gadis gemuk berambut ikal ini. Reno, lelaki yang selama ini dicintai Mikha, tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dengan alasan telah menemukan wanita lain yang lebih menarik perhatiannya. Mikha tidak menyangka bahwa Reno akan tega melakukan hal itu kepadanya. Perjalanan panjang cinta mereka yang telah terajut selama tiga tahun belakangan ini seperti sandiwara saja, tiada berarti. Perjalanan panjang cinta mereka ternyata hanya dimaknai begitu dalam oleh Mikha. Padahal Mikha selalu menganggap Reno adalah laki-laki paling baik untuknya. Padahal Mikha selalu menganggap Reno adalah satu-satunya, tiada bandingannya. Padahal Mikha selalu menganggap Reno adalah cinta yang begitu indah. Mikha bahkan menutup akses interaksi dengan laki-laki selain Reno, kecuali memang ada keperluan. Untuk urusan kesetiaan Mikha bisa diandalkan.
Apa lagi yang kurang dari caranya mencintai Reno? Mikha tak pernah sekali pun lupa mengucapkan selamat pagi atau selamat tidur setiap hari. Mikha selalu menyanyakan Reno bagaimana harinya. Mikha bahkan mulai belajar memasak supaya bisa menjadikan Reno sebagai “juri” dalam hasil karyanya. Mikha selalu berusaha menyenangkan Reno. Tak pernah Mikha mengeluh ketika Reno yang membatalkan janji makan malam mereka meskipun Mikha telah menyiapkan diri beberapa jam untuk acara spesial itu. Menyiapkan baju yang membuatnya terlihat cantik, belajar merias diri depan cermin kamarnya, dan persiapan lainnya yang cukup menghabiskan waktu. Ya, bagi Mikha semua acara yang akan dilaluinya bersama Reno terasa sangat spesial. Namun, seketika Reno mengabarkan bahwa dia tidak bisa datang karena ada urusan mendadak yang sangat penting. Kesal rasanya mendengar kabar itu setelah persiapan-persiapan yang telah dilakukannya. Tapi Mikha tetap menahan emosinya untuk tidak merajuk yang bisa jadi mengundang pertengkaran di antara mereka. Mikha begitu menghormati Reno.
Pernah suatu ketika Mikha mencoba diet supaya tubuhnya bisa terlihat sedikit lebih indah, supaya dia bisa lebih bebas memilih baju yang disukainya, dan tentu saja supaya Reno tidak malu saat mengenalkannya ke  teman-teman Reno. Selama beberapa hari dia mengurangi porsi makannya. Setelah dua minggu ternyata tidak perubahan yang signifikan. Jarum di timbangan tetap saja menunjukkan angka 68. Dengan tingginya yang hanya 160 cm, berat badannya jauh dari kata ideal. Akhirnya Mikha memutuskan untuk tidak makan nasi selama seminggu. Ia hanya mengonsumsi air mineral dan roti gandum. Ia membiasakan dirinya agar “kuat” melalui semua treatment itu. Namun, tubuh yang telah disugesti itu ternyata tumbang juga. Mikha jatuh sakit. Kemudian Reno mengetahui penyebabnya setelah dia menjenguk Mikha. Saat itu Reno berkata dengan begitu lembut “Kamu nggak perlu melakukan hal itu. Kenapa harus tidak makan nasi? Aku mencintai kamu apa adanya. Tak masalah dengan berat badanmu itu. Sungguh. Aku mohon jangan pernah lakukan hal ini lagi. Aku nggak mau kehilangan kamu.”
Wanita mana yang tidak “meleleh” mendengar pernyataan itu? Mikha seperti mendapat energi yang begitu besar. Betapa Reno begitu mencintainya. Betapa Mikha beruntung bisa memiliki lelaki itu. Mikha dengan senang hati menuruti kata-kata Reno untuk tidak melakukan diet lagi, untuk tidak makan nasi selama seminggu.
Dari laki-laki itu, Mikha belajar artinya mencintai. Perlakuan Reno yang begitu manis saat mendekatinya dahulu membuat Mikha merasa bagaimana indahnya dicintai. Reno yang begitu romantis saat membukakan pintu mobil untuknya atau pun ketika lelaki itu menarikkan bangku dan mempersilakan Mikha duduk pada momen makan malam romantis mereka. Reno yang tatapan matanya selalu membuat hati Mikha merasa teduh, nyaman. Reno yang senyumannya mampu menghapus kesedihan Mikha. Reno yang…. Ah, sudahlah! Itu semua sudah berlalu. Mikha tak pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Kalau kata lagu dangdut, rasanya seperti hati yang terluka lalu sengaja disiram air garam. Perih.
Reka ulang peristiwa itu kembali terputar begitu jelas dalam memorinya. Waktu itu Mikha sedang mencari buku tapi Reno bilang tidak bisa mengantarnya. Bukan masalah besar baginya, Mikha bisa melakukannya sendiri. Mungkin Reno sedang sibuk dengan pekerjaannya. Reno memang lima tahun lebih tua darinya sehingga saat ini Reno sudah menjadi eksekutif muda sementara Mikha masih menjadi mahasiswi tingkat tiga. Semua ini berawal ketika Mikha memutuskan untuk beristirahat sambil mengisi perutnya di foodcourt yang ada di lantai 4 Mall terbesar di kotanya. Sambil menunggu pesanan nasi ayam bakar pahanya datang, Mikha iseng melihat para pengunjung karena dia tak sedang bersama teman untuk bisa diajak ngobrol. Namun seketika tubuhnya kaku, keringat dingin mulai mengucur, otaknya kemudian dalam hitungan menit tak bekerja. Dia melihat Reno sedang duduk di pojok foodcourt bersama wanita yang begitu cantik. Mereka begitu akrab, terlihat begitu bahagia. Sebelah hatinya menenangkan dengan beranggapan bisa saja itu hanya rekan kerjanya. Reno biasa bertemu klien di tempat makan. Mikha tidak mau berburuk sangka dulu. Ia menyimpannya sendiri.  
Mikha memaksa dirinya untuk melupakan peristiwa itu. Untuk apa dikhawatirkan, toh Reno begitu mencintainya. Bahkan tiga minggu lagi mereka akan bertunangan. Semua persiapan telah mereka rencakan begitu rapih. Semua sudah beres, tinggal menghitung hari. Namun, tiga hari sebelum acara istimewa itu, Reno tiba-tiba membatalkan rencana spesial itu, bahkan memutuskan hubungannya. Sempurna membuatnya hancur. Mikha tidak mengerti di mana letak kesalahannya. Hingga kemudian Reno memberi penjelasan.
“Maafkan aku Mikha, sepertinya kita sudah tidak cocok lagi. Semenjak enam bulan lalu aku memaksakan hatiku untuk tetap mengukir namamu, tapi semuanya sudah berbeda. Rasanya jadi hambar. Kau yang terlalu rutin membuat kebaikan-kebaikan itu padaku rasanya menjadi hal yang biasa saja bagiku, tidak sespesial dulu. Aku bertemu dengan wanita lain. Dia menyenangkan, dan cantik. Dia selalu cocok mengenakan pakaian apa pun. Dia tidak pernah diet. Dia begitu menyenangkan Mikha. Dia memperlakukanku seperti teman bicara yang asik. Kami banyak bercerita. Dua bulan lalu kami menjalin hubungan diam-diam. Dia terlihat lebih pencemburu darimu, dia selalu merajuk ketika aku tak bisa menemaninya. Makanya aku lebih sering membatalkan janji denganmu karena kau tak pernah melakukan hal itu. Kau tak pernah memarahiku saat aku membatalkan janji. Kau selalu saja tersenyum. Kau pandai menyembunyikannya. Kau begitu baik, tapi hatiku terlanjur hambar. Maafkan aku Mikha” kata Reno menjelaskan.
Mikha terpekur mendengar penjelasan itu. Dia terlalu baik hingga menghambarkan cinta Reno? Lalu apa yang harus dilakukannya? Berubah menjadi lebih jahat? Mikha hanya tak mau membuat Reno sedih karenanya. Mikha rela menahan semua itu sendiri. Baginya Reno hanya boleh melihat kebahagiaannya. Tapi itu semua membuat hati Reno terasa hambar katanya. Omong kosong.
Semenjak hari itu, Mikha berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati dalam memberikan penilaian terhadap orang lain. Terlebih lagi untuk berhati-hati dalam memasukkan nama lelaki ke dalam hatinya. Hatinya hanya satu, tidak tega rasanya jika harus disakiti berulang-ulang. Namun, hidup ini terlalu berharga jika hanya dihabiskan untuk meratapi masa lalu yang pahit itu. Sepertinya benar istilah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Pengalaman ini mengajarkan Mikha banyak hal tentang cinta. Cinta tak selamanya manis. Kadang pahit, kadang pula masam. Seperti grafik parabola yang memiliki titik puncak, hanya saja grafik cinta rasanya lebih rumit.

Comments

Popular posts from this blog

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Series Celebrity di Netflix