Bukan Hanya Koin, Tapi Juga Bola

Cinta sepertinya memang salah satu topik yang takkan lekang oleh waktu. Tapi aku di sini masih saja menjadi si bodoh yang mencoba mencari makna cinta. Padahal cinta bukan sesuatu yang dipikirkan, melainkan yang dirasakan. Entah aku sedang memantapkan hati atau mencoba memungkiri. Karena sejatinya aku lebih suka menelan manis, meskipun pahit juga diperlukan. Alasannya sederhana, supaya seimbang. Semua yang berlebihan itu tidak baik, bukan?

Ada yang bilang tidak ada pertemuan yang salah. Dan hidup hanyalah sebuah perjalanan supaya aku belajar. Meskipun aku belum paham betul, sejauh ini aku masih menyetujuinya. Memang ada beberapa yang akan menertawakan ketika harapan melambung terlalu tinggi, kemudian pecah karena tekanannya tidak sesuai. Tapi mungkin mereka yang tertawa hanya ingin menghibur, dengan cara yang begitu nyiyir. Toh, menangis atau tertawa hanya sekadar ekspresi yang belum tentu berlaku sebagai pencerminan rasa bagi semua orang.

Bahkan seorang bayi perlu jatuh beberapa kali supaya dapat berjalan dengan baik. Seorang anak pun perlu jatuh beberapa kali supaya dapat mengayuh sepeda roda dua dengan baik. Tak jarang pula orang tua tertawa, tapi justru mengobati luka. Tidak semua yang terasa buruk, adalah benar-benar buruk. Aku hanya perlu belajar memandang sesuatu dari berbagai sisi. Bukan hanya koin yang memiliki dua sisi, tapi juga bola yang memiliki sisi tak terhingga.

Comments

Popular posts from this blog

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Series Celebrity di Netflix