Gadis yang Kecewa
Ada seorang gadis sedang berjalan melewati toko pakaian. Ada pakaian yang sangat menarik si gadis. Ingin sekali rasanya ia mengenakannya. Dicobanya lah pakaian itu. Ternyata nyaman sekali. Si gadis mulai jatuh cinta.
Sialnya, sang ayah merasa keberatan. Harganya terlalu tinggi. Masih banyak hal yang bisa ditebus dengan harga itu. Si gadis tak ingin membuat ayahnya terluka. Ia kuburkan keinginan memiliki pakaian itu. Setidaknya ia pernah merasakan bagaimana nyamannya saat mengenakan pakaian itu. Setidaknya ada memori yang bisa ia kenang meski sangat singkat.
Sialnya, satu-satunya kebebasan yang dimiliki manusia adalah kebebasan menentukan sikap. Sisanya, ya terima saja. Bagaimana pun rasanya. Karena terkadang ada hal yang ternyata tidak bisa sesuai dengan apa yang diharapkan, sebanyak apapun diusahakan.
Sialnya, si gadis menyadari bahwa ia tidak hidup hanya dengan dirinya sendiri. Pakaian yang menurutnya nyaman ternyata tak selalu memberi kenyamanan bagi yang lain. Baginya, penilaian orang lain cukup penting. Orang lain itu adalah orang-orang yang sudah baik sekali membantu kehidupannya. Membantunya berjalan, berbicara, berhitung, membaca, dan masih banyak lagi.
Sialnya, pakaian itu kecewa terhadap si gadis. Telah diberikan kenyamanan, tapi tak dipilih juga. Tak ada perjuangan untuk mendapatkan pakaian. Mungkin pakaian itu lupa, si gadis sangat berjuang meredakan emosinya. Ia berjuang menghibur dirinya, karena ternyata hanya ia yang bisa menyelami dirinya sendiri. Dicarinya sela-sela yang bisa membantu menyembuhkan kepedihan itu.
Sialnya, sang ayah merasa keberatan. Harganya terlalu tinggi. Masih banyak hal yang bisa ditebus dengan harga itu. Si gadis tak ingin membuat ayahnya terluka. Ia kuburkan keinginan memiliki pakaian itu. Setidaknya ia pernah merasakan bagaimana nyamannya saat mengenakan pakaian itu. Setidaknya ada memori yang bisa ia kenang meski sangat singkat.
Sialnya, satu-satunya kebebasan yang dimiliki manusia adalah kebebasan menentukan sikap. Sisanya, ya terima saja. Bagaimana pun rasanya. Karena terkadang ada hal yang ternyata tidak bisa sesuai dengan apa yang diharapkan, sebanyak apapun diusahakan.
Sialnya, si gadis menyadari bahwa ia tidak hidup hanya dengan dirinya sendiri. Pakaian yang menurutnya nyaman ternyata tak selalu memberi kenyamanan bagi yang lain. Baginya, penilaian orang lain cukup penting. Orang lain itu adalah orang-orang yang sudah baik sekali membantu kehidupannya. Membantunya berjalan, berbicara, berhitung, membaca, dan masih banyak lagi.
Sialnya, pakaian itu kecewa terhadap si gadis. Telah diberikan kenyamanan, tapi tak dipilih juga. Tak ada perjuangan untuk mendapatkan pakaian. Mungkin pakaian itu lupa, si gadis sangat berjuang meredakan emosinya. Ia berjuang menghibur dirinya, karena ternyata hanya ia yang bisa menyelami dirinya sendiri. Dicarinya sela-sela yang bisa membantu menyembuhkan kepedihan itu.
Comments
Post a Comment