Tentang Hujan dan Kenangan di Dalamnya

Oleh: Krisman JS.


Banyak hal yang ingin dijelaskan hujan kepada segala hal yang disentuhnya, dilewatinya, tapi tak satupun yang mampu tersampaikan. Hujan hanya ingin menyampaikan bahwa kehadirannya mampu memberi kesegaran pada setiap makhluk hidup di Bumi. Meski ia harus melalui proses yang begitu panjang, mulai dari genangan air di lautan yang diuapkan cahaya matahari, hingga berkumpul membentuk awan kelabu. Seraya ingin menyampaikan, birunya langit yang berubah menjadi kehitaman itu tidak perlu menjadi sesuatu yang ditakuti. Di balik gelapnya awan, ada kejernihan hujan yang akan ikut turun bersama ke Bumi.

Beberapa orang ada yang menghindari kedatangan hujan karena disinyalir bisa meningkatkan hawa mager (males gerak, istilah anak muda masa kini). Belum lagi, hujan yang turun dalam durasi lama mampu menyulap tempat tertentu yang semula permukiman menjadi semacam lautan sementara. Meski demikian, beberapa yang lain ada juga yang merindukan kedatangan hujan. Begitulah hujan, hadirnya menjadi semacam pengingat bahwa ia adalah penyeimbang kehidupan di Bumi.

Dulu, saat masih kecil, aku sering sekali bermain dengan hujan. Tetes demi tetesnya seakan tak ikhlas kubiarkan jatuh ke tanah.  Aku berpikir, ia begitu jernih, turun dari atas sana meski aku belum tau dari mana asalnya. Aku tak rela membiarkan kejernihannya menjadi ternoda karena menyentuh tanah yang kotor. Masih lekat dalam ingatanku, kala itu aku meminta mamaku untuk mengantarkanku menuju tempat di mana hujan melakukan prosesnya. Namun, mama bilang ia tak bisa mengantarku. Ia bilang aku akan bisa melihatnya jika aku besar nanti. "Hujan itu adalah tangisan Bumi, Nak. Ia terluka karena perbuatan manusia yang kurang peduli pada alam, pada Bumi," kata mama.

Untuk menyembuhkan kecewa karena tak bisa berkunjung ke tempat hujan, aku kembali bermain. Kakak laki-lakiku membuatkan kapal dari kertas. Lalu kami bermain sangat gembira dengan kapal kertas dan aliran air hujan. Kala itu, bahagiaku tak mampu dijelaskan. Terlebih, mama mendoakanku agar bisa memiliki kapal sungguhan saat aku besar nanti. Semua terasa menyenangkan, hingga semua hilang bersamaan dengan kepergian orangtuaku. Hingga kini, hingga aku besar kini, aku mengubur segala kenangan indah itu. Bukan mengubur untuk menghilangkannya, tapi menyimpannya agar tak ada satupun yang mampu menghapusnya dariku.

Bersamaan dengan datangnya hujan, ada kerinduan yang kutitipkan.

Comments

Popular posts from this blog

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Series Celebrity di Netflix