Perkara Manusia dan Emosinya

Hidup memang tentang perjalanan. Selayaknya perjalanan, untuk bisa tiba di titik selanjutnya ya kita perlu melangkah ke depan. Ada kalanya dalam melangkah mulai terasa lelah. Tak masalah jika ingin beristirahat sejenak. Mulai dari memutuskan untuk melangkah, hingga memutuskan istirahat sejenak, tak lepas dari apa-apa yang dirasakan. Dan perasaan juga tak dipungkiri, melakukan perjalanannya. Perasaan, erat kaitannya dengan emosi. Manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang bisa merasakan emosi. Tapi manusia dibedakan dengan makhluk lain karena dianugerahi akal. Akal ini sifatnya hanya sebagai pembeda dengan makhluk lain, bukan menunjukan keunggulan. Akal, bisa dijadikan alat untuk mengendalikan emosi supaya hubungan manusia dengan manusia lainnya bisa tetap harmonis.

Teorinya begitu....

Tapi, belum semua manusia sadar bahwa ia bisa menggunakan akalnya untuk mengelola emosi. Emosi itu perlu dikelola, bukan diluapkan menggebu-gebu maupun dipendam seolah tak ada. 

Tapi, belum semua manusia sadar bahwa ia mampu mengelola emosinya. Bahwa ia bisa tetap menjalin hubungan baik dengan seseorang yang meyakini sesuatu yang tak kita yakini. Bahwa keyakinan pada akhirnya menjadi subjektif. Manusia memiliki realitanya masing-masing.

Beberapa manusia memilih untuk meluapkan, mengekspresikan yang mereka rasakan. Supaya manusia lainnya bisa memahaminya. Supaya manusia lain bisa melihatnya sebagaimana ia ingin dilihat. Ia merasa memiliki wewenang atas hidupnya. Persetan dengan hidup orang lain. 

Beberapa manusia memilih untuk memendam emosinya. Tetap tersenyum, seolah ia air di telaga yang begitu tenang. Supaya burung atau makhluk lain mendatanginya untuk berteduh dan beristirahat sejenak. Sedang ia sendiri seperti diserang badai, yang begitu gemuruh, tapi khawatir merasa hampa saat badai usai.

Apa yang sebenarnya ingin dicapai?

Comments

Popular posts from this blog

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Series Celebrity di Netflix