Posts

Kosong

Aku bilang kosong.

Kesukaan Kita

Aku suka bintang. Karenanya aku sering menunggu malam datang. Bintang itu pemalu, lebih suka muncul saat orang-orang terlelap. Dia tidak datang setiap saat, hanya ketika langit gelap. Mungkin itu alasan mengapa aku menyukainya. Aku jadi punya celah waktu untuk merindukannya. Kamu suka senja. Karenanya kamu sering menunggu matahari tenggelam. Rona jingganya tak pernah bosan membuatmu terpesona. Senja tidak mucul setiap saat, hanya ketika matahari dan bulan bergiliran menghiasi langit. Mungkin itu alasan kamu menyukainya. Kamu jadi punya celah waktu untuk merindukannya. Meski senja dan bintang tidak   pernah bisa muncul bersamaan. Masihkah kamu ingat? Namaku Senja. Aku tidak pernah lupa namamu, Bintang. Kita bertemu saat kamu melangkah menuju masjid di ujung gang untuk sholat maghrib berjamaah. Kebetulan selain alkitab ada plester juga di dalam tasku, lumayan untuk mengurangi sakit di lutut mungil yang lecet karena tersandung itu. “Menangis tidak lantas membuat lukamu

Aku Bosan

“Tuhan, aku bosan menjadi ulat. Mengapa Kau menciptakan aku sebagai ulat? Ulat itu menjijikan. Banyak manusia yang berusaha menghindariku. Ulat itu mengerikan. Banyak manusia yang teriak histeris ketika melihatku bahkan ada yang berusaha melenyapkanku. Mengapa Kau menciptakan aku sebagai ulat? Aku bosan menjadi ulat.” Ah, lucu juga rupanya mengingat masa lalu. Benar juga, biar bagaimanapun, masa lalu tidak akan bisa dihapus begitu saja. Masa lalu juga merupakan bagian dari diri kita. Aku teringat pada masa ketika aku begitu kasar bertanya pada Tuhan mengapa Dia mencipatakan aku sebagai ulat. Waktu itu aku begitu membenci diriku. Aku merasa tidak berguna. Aku merasa tidak memiliki apa-apa. Namun, Tuhan selalu punya alasan. Waktu selalu memiliki peran dalam perubahan. Kini aku bisa membantu pembuahan pada bunga. Kini aku memiliki sayap. Aku bisa pergi kemana pun aku mau. Kini banyak manusia yang bahagia melihat kehadiranku. Mereka yang kala itu berteriak ketakutan, justru pa

Kupu-kupu Kesukaanku

Aku terlalu terpesona dengan kupu-kupu itu. Dia tak memiliki sayap berwarna yang cantik. Dia juga tak pandai terbang sepertinya. Aku melihatnya hinggap di batang pohon tua itu sepanjang hari. Entah apa yang ada dalam benaknya. Di saat kupu-kupu lain menikmati bahagianya memiliki sayap, mengapa kupu-kupu itu hanya hinggap di batang pohon tua itu sepanjang hari? Apakah dia ingin menjadi hewan melata saja? Apakah menjadi kupu-kupu tidak membahagiakannya? Aku terlalu terpesona dengan kupu-kupu itu. Kubiarkan waktu menenggelamkanku. Aku hanya melihatnya begitu indah. Bahkan dia mampu membuatku tersenyum meskipun dia tak melakukan apa-apa, kecuali hanya hinggap di batang pohon tua itu. Mungkin orang lain menganggapku gila. Untuk apa memandangi kupu-kupu yang bahkan sayapnya pun tidak menarik. Untuk apa memandangi kupu-kupu yang bahkan untuk menari di udara dengan kepakan sayapnya pun enggan. Aku terlalu terpesona dengan kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu menjadi kesukaanku. Meski aku sen