Kado Terindah

Saat kumandang adzan subuh sampai di gendang telingaku, aku terbangun dari mimpi indah ku tentangmu, seketika itu terbayang senyum indah yang terpasang di wajahmu. Senyum itu begitu melekat dalam anganku. Aku tak mau kehilangan senyum itu. Hanya ada namamu yang terukir dalam dinding hatiku. Hanya kumpulan berkas tentangmu yang mengisi setiap sudut ruang hatiku.

Segera kuraih cermin kecil yang selalu kuletakkan di atas meja dekat tempat tidurku. Kutatap dalam-dalam bayangan pada cermin itu. Hanya ada aku. Aku dengan berjuta harapan yang belum pasti akan terjadi. Tapi harapan itu terlalu indah, hingga aku tak ingin melenyapkannya. Biarlah ku perilahara harapan itu. Akan ku jaga selalu dalam hatiku.

Aku beranjak dari tempat tidurku. Segera ku ambil air wudhu untuk menjalankan kewajibanku. Aku ingin bersyukur atas hidup yang telah diberikan olehNya padaku. Kehidupan yang begitu indah. Indah karena terisi oleh cinta. Cinta yang tak pernah pudar terhapus waktu.

Ku buka jendela kamarku, menyambut cahaya mentari yang baru saja muncul dari tempat peristirahatannya masuk ke dalam kamarku yang tak begitu luas. Ah indahnya pagi ini, meski tanpa kicau burung. Namun udara yang berhembus pagi ini cukup memberi ketenangan. Terima kasih ya Allah atas segala karuniaMu pagi ini.

Ku lihat handphone ku. Terdapat 5 pesan baru yang isinya mengucapkan selamat ulang tahun. Astagfirullahaladzim hari ini hari ulang tahun ku? Bagaimana bisa aku melupakannya? Mungkinkah masalah yang sedang menggelayuti ku memiliki dampak yang berarti? Oh pasti aku terlalu larut ke dalamnya. Segera ku balas semua pesan itu. Alhamdulillah masih ada yang memperhatikan ku.

Tak terasa air mataku mengalir membasahi pipiku. Usia ku saja yang bertambah. Namun aku belum juga bisa memberi sesuatu yang membahagiakan bagi yang lain. Betapa hinanya. Padahal Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada yang lain”. Aku malu.

Dengan setengah menunduk aku berjalan keluar kamarku. Ada malaikat cantik yang menyambutku dengan senyum indahnya. Tapi aku masih setengah tertunduk. Kemudian diraihnya tanganku. “Selamat ulang tahun anakku, ibu mendoakan segala yang terbaik untukmu nak”. Aku tak sanggup menahan tangis. “Maafkan aku ibu, atas segala kekecewaan. Sungguh tak pernah ada maksud untuk menyakitimu” aku berusaha berbicara disela isakanku.

“Ini nak, sedikit uang jajan tambahan untuk berbagi kebahagiaan dengan temanmu” seru ayahku. Aku terima pemberiannya penuh dengan rasa malu yang ku pendam dalam hatiku. Malu karena tanganku masih tetap berada di bawah. “Terima kasih ayah”, hanya itu yang mampu ku ucapkan.

Aku kembali ke kamarku. Ku tatap kembali cermin kecil kesayanganku. Teman terbaik ku berada di lain kota. Mana mungkin kami bertemu hanya untuk makan bersama sebagai ucapan syukur atas bertambahnya usia ku. Atas hidup yang masih diberikan olehNya. Lalu anganku pun mulai melalang buana. Tapi segera ku tepis. “Aku harus menjalankan rutinitasku. Jangan terpaku dengan mimpi. Hadapi kenyataan” batinku.

Saat matahari harus kembali ke tempatnya, saat bulan terlihat menggantikan posisinya, saat aku mulai kembali ke kamarku menanti ucapan selamat dari seorang yang sangat ku harapkan, tapi tak kunjung jua. Lelah ku pandangi layar handphone ku. Aku terbawa emosi. Astagfirullahaladzim.

Lalu alarm pun berdentang mengingatkan aku sudah jam 23:50. Aku memang memasangnya untuk batas bagi siapa saja yang ingin memberi ucapan. Kemudian aku mulai dirundung kegalauan. Mengapa dia tak juga mengucapkannya? Apakah dia melupakannya? Atau memang tak pernah mengetahuinya? Hah, dia. Aku menyebutnya bintangku. Sinarnya mampu terangi sudut gelap jiwaku. Semoga Allah menciptakan aku karena cintaNya kepadanya, seperti Allah menciptakan Hawa karena cintaNya kepada Nabi Adam AS. “Yaampun aku kembali berkhayal”, aku tersadar dari lamunan ku. Aku berbaring mencoba melupakannya.

Terdengar dering dari handphone ku. Terdapat 1 pesan baru pukul 23:59 darinya. ALLAHUAKBAR ternyata dia tidak melupakannya. Dia orang terakhir yang memberi ku ucapan ulang tahun dengan untaian kata indah yang dirangkainya sendiri. Ya, doa yang dia berikan membuat ku meneteskan air mata lagi. Dia memberi ku kado terindah. Terima kasih bintangku. Aku harap sinarmu hanya untuk aku :)

Comments

Popular posts from this blog

Review Series: Summer Strike

Tentang Sebuah Pengakuan

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil