Diana, Bulan Sabitku

Namanya Diana. Harus kuakui sudah cukup lama aku mendambakan gadis manis berambut keriting ini. Harus kuakui pula, cinta pada pandangan pertama memang nyata. Masih ingat betul, kala itu aku sedang menunggu bis kampus di halte Fakultas MIPA. Kegiatan ini akan memakan waktu cukup lama, kecuali jika kau beruntung. Biasanya aku akan minta tumpangan kawan yang bawa kendaraan untuk menuju stasiun kereta terdekat atau berjalan kaki. Toh jarak dari kampusku ke stasiun tidak sampai satu kilo. Namun, hari itu adalah saat kemalasan rasanya tengah memuncak. Kebetulan hari itu aku ada rapat kegiatan mahasiswa di teras gedung B. Letaknya sangat dekat dengan halte bis. Singkatnya, aku sedang malas berjalan kaki dan hendak naik bis kampus menuju stasiun.

Jam 17.30 WIB. Mengingat lokasi kampusku yang letaknya agak di bagian belakang kampus, sehingga menambah kesan angker. Padahal masih terbilang sore, tapi tak banyak manusia hilir mudik di sekitar sini. Di halte bis, aku hanya menemukan dua manusia yang juga sedang menunggu kedatangan bis kampus. Dapat kutebak, mereka mahasiswa baru. Jelas saja, pakaiannya putih hitam dengan nameta di dadanya. Padahal masa orientasi telah usai, setidaknya hari itu. Jadi mereka bisa saja melepas nametag itu. Kubilang tadi ada dua manusia. Ternyata salah satunya hanya menunggu temannya mengeluarkan motor di parkiran. Entah teman atau kekasih. Tersisa satu manusia. Bagaimana mungkin aku tidak memperhatikannya. Dia cantik. Setidaknya mataku berkata demikian. Dengan segala bekal kemampuan yang kupunya, dapatlah aku sepenggal identitasnya.

Dia adalah Diana. Mahasiswa baru Departemen Biologi. Namanya seperti familiar.  Selain elok parasnya, aku pun terpesona pada namanya. Diana. Aku pernah membaca mengenai dewa dewi dalam mitologi Romawi.

Diana adalah dewi perburuan, keliaran, perawan, dan bulan dalam mitologi Romawi.  Diana merupakan salah satu dari dewa utama yang dipuja oleh Bangsa Romawi. Ia dipuja sebagai dewi perburuan, alam liar, bulan dan penjaga bagi binatang, anak - anak, wanita perawan, dan wanita yang hendak melahirkan. Sebagai seorang bidan dan pendamping wanita yang akan melahirkan, Diana disebut sebagai Lucina. Diana membentuk sebuah trinitas dengan Egeria, Nimfa Air dan asisten Sang Dewi dalam membantu kelahiran serta Virbius, Dewa Hutan. Di Kultus yang lebih modern, trinitas Diana berganti menjadi Trinitas Dewi Rembulan yang menggambarkan siklus hidup seorang wanita bersama Luna (mitologi) (atau Selene dalam Mitologi Yunani) dan Hekate.

Ya, itu hasil pencarianku melalui Wikipedia. Aku sepenasaran itu. Aku masih ingat betul, Diana tak banyak bicara kala itu. Dia sempat tersenyum beberapa kali mendengar ocehanku.


***

Sebelum Jum'atan aku ganti jalur menuju masjid hari ini dengan melewati Gedung Biologi terlebih dahulu. Padahal aku bisa jalan terus melewati Gedung Fisika. Ingin rasanya kutengok sejenak gadis manis itu. Terbayang-bayang aku semalam. Ada beberapa mahasiswa baru berserakan di lorong utama. Kutanya pada seorang mahasiswi.

"Dek, anak biologi ya? Kenal Diana nggak? Anak baru juga," tanyaku padanya.

"Diana? Kayaknya nggak ada yang namanya Diana kak." Jawab si mahasiswi.

"Ah kamu gimana sih, belum kenal teman seangkatan. Yaudah makasih ya." Meski agak kecewa, aku tetap melemparkan senyumku padanya.

***

Sudah enam bulan. Namun rasa penasaranku belum terobati juga. Oh Diana, mengapa sulit sekali menemui engkau. Jika tahu akan sesulit ini. Sore itu harusnya langsung kutanya nomor ponselmu. Meski mungkin akan memberi kesan bahwa aku ini agak aneh. Teman jurusanku kebetulan punya sobat mahasiswa Biologi. Tak ada salahnya kutanyakan soal Diana padanya. 

"Dua tahun lalu kalo gak salah ada mahasiswi baru Biologi yang diperkosa di dekat danau waktu lagi nunggu bis kampus di halte. Kejadiannya sore menjelang maghrib, kampus udah sepi. Makanya gak ada yang nolongin. Udah sempet dilaporin polisi sih, tapi gak tau lagi deh kelanjutannya. Denger-denger dia anak rantau, orang tuanya tinggal di kampung. Jadi, ya you know lah, kekuatan hukumnya bisa dibilang lemah. Pihak kampus nggak bisa juga dibilang mesti tanggung jawab karena kejadiannya di luar jam aktivitas belajar. Gitu deh. Kasian juga sih kalo diceritain."

Aku mulai merasa kaku mendengar ceritanya. Diana, ternyata cinta bisa datang di dimensi yang tak tepat. Setidaknya, akan selalu ada ruang dalam diriku untuk mengabadikan memori tentangmu. Diana, bulan sabitku. Seperti bulan sabit yang  seperti tak mampu menunjukkan pada dunia gambaran dirinya secara utuh. Namun, ia tetap indah. Bahkan beberapa manusia menantikan kedatangannya. Meski hanya mampu dinikmati melalui tatap yang berbatas jarak.

Comments

Popular posts from this blog

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Series Celebrity di Netflix