Cinta Harus Memiliki?

Kemarin minggu, aku sama temen-temen dari twitter nyobain ngopi di Filkop Melawai. Asik juga ngopi di sana, jadi mau lagi di lain kesempatan. Trus kemarin sempat bahas soal cinta.

Jadi aku pernah liat ada yang update di twitter, apa patah hati terbesar yang pernah kamu alami? Trus ada jawaban menarik di kolom komentar, katanya gini "when you give 98% but you just get 5%"

Entah kenapa, aku gemes banget bacanya. Akhirnya kubales gini "pamrih hehe". Ternyata dibales lagi sama orang itu gini "sering mengalami cinta tapi tak memiliki ya?"

Hmmm....
Menarik kan?

Temen-temen yang lain punya tanggapan yang kurang lebih sama, yaitu cinta emang mesti timbal balik. Take and give. Misalnya kalo aku ngasih 90%, setidaknya dia ngasih 50%. Gak harus selalu sama, asal kebutuhan masing-masing terpenuhi. Maksudnya, dalam hal ini mungkin dengan 50% itu aku sudah merasa senang, sementara dia butuh 90%.

Nah balik ke soal 98% vs 5%. Bagiku, ketika aku mencintai dan ingin memberi 98%, aku gak perlu lagi liat si 5% ini. Toh, dengan ngasih 98% pun sudah membuatku bahagia. Aku lebih setuju sama ungkapan kalo cinta itu memberi, tanpa pernah meminta.

So, i don't need to be upset or feel down when all i get is just 5%, cause i'm already happy giving those 98%.

Dibalas sama atau tidak, itu tetap cinta kan? Dan cinta itu terlalu sempit kalo cuma didefinisikan antara pria dan wanita.

Misalnya, pecinta kucing akan tetap ngasih makan kucing. Meskipun kucing itu gak ngasih makan balik, atau gak jilatin tangannya sebagai tanda cinta balik. Meskipun kucing itu gak selalu datang tiap dipanggil. Meskipun kucing itu nyakar kalo dielus-elus si pecinta itu.

Cinta bisa sekuat itu. Hanya memberi, tak harap kembali.

Itu sih menurutku, kalo menurutmu gimana?

Comments

Popular posts from this blog

Review Series: Gadis Kretek (2023)

Review Film: Petualangan Sherina 2, Membangkitkan Memori Masa Kecil

Series Celebrity di Netflix