Penyakit lupa ini rasanya sudah keterlaluan. Bahkan di musim hujan begini, bisa-bisanya aku tidak membawa payung. Karena enggan menari dalam hujan, kuputuskan untuk mampir ke kedai kopi sebelah kantor. Meski hujan, aku tetap setia pada caramel macchiato dingin. Mungkin mereka pikir aku aneh atau mati rasa, tapi biarlah yang penting aku suka. Bangku dekat jendela di pojok kedai merupakan spot favoritku. Di sini aku merasa aman, cukup berjarak dari keramaian. Duhai langit, apa yang membuatmu sedih hingga hujan turun begitu derasnya. Aku harus pulang. Rumahku jauh. Di luar jendela nampak sepasang kekasih berseragam putih abu-abu yang berlarian tanpa payung dengan bahagianya. Ah, masa putih abu-abu memang paling indah. Seketika kenangan itu terurai, memutarkan memori indah tentangnya. Venosika Kartikoputro, aku masih fasih menghapal namanya. Nama itu terasa begitu indah, meski aku belum tahu apa arti namanya. Aku tidak punya nyali sebesar itu untuk bertanya padanya. Dia adalah ketua O