Posts

Harapan dan Khayalan Itu Beda Tipis?

Entah karena pesimis atau ambisius atau apalah sebutannya, Siska sudah tak mengerti lagi apa yang telah terjadi padanya. Bayangan pria itu seperti tak lelah bertengger, berputar-putar dalam memori otaknya.  "Aaaaaaah apa aku sudah gila? Sepertinya dia memang telah membuatku tergila-gila! Bagaimana ini?" ungkap Siska di depan cermin dalam kamarnya. Siska seperti keranjingan segala sesuatu tentang pria itu. Tak jarang dia berlagak seperti detektif. Mencari tahu segala hal yang bersangkutan dengan pria itu. Bahkan  tak pernah lelah memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkannya juga. Dia bahkan baru mengenalnya ketika ada acara kampus bulan lalu. Berbagai cara telah dilakukan Siska hanya untuk mencari informasi mengenai pria itu. Sulit sekali rasanya bahkan hanya untuk mengetahui namanya. Sampai saat ini Siska juga belum tahu pasti apa yang menyebabkan pria itu begitu memesonanya.   Hari demi hari berlalu, Siska terus berusaha menjalankan misinya, entah akan ja

Hai, Oktober!

Hai, Oktober! Aku tahu ini bukan tanggal 1 Aku tahu mereka biasa menyapamu saat kau baru hadir kemudian menggantungkan banyak harapan padamu Hai, Oktober! Sapaanku bukan sekadar menyambutmu Sapaanku bukan karena harapan-harapan yang tergantung itu Bukan... Hai, Oktober! Aku hanya ingin berbagi Terima kasih telah hadir Meski aku tahu kau akan pergi nanti...

Semenjak Hari Itu

Mikha masih termenung di sudut ruang kamar kosnya. Meski ruangan itu dicat biru supaya memberi kesan sejuk, kali ini Mikha justru merasa dadanya begitu sesak, panas. Dia masih butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya. Hanya termangu menatap jendela kamarnya yang sejak pagi tadi ia lakukan, bahkan untuk sekedar makan pun dia tidak ingat.   Mikha seperti terhipnotis. Kebetulan kuliahnya hari ini ditiadakan. Mobilitas tubuhnya hampir nol, pikirannya sibuk memutar memori kenangan masa lalu. Namun pipinya tidak lantas basah, seperti ada yang menyumbat kelenjar air matanya. Peristiwa itu sepertinya begitu dahsyat menghantam batin gadis gemuk berambut ikal ini. Reno, lelaki yang selama ini dicintai Mikha, tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dengan alasan telah menemukan wanita lain yang lebih menarik perhatiannya. Mikha tidak menyangka bahwa Reno akan tega melakukan hal itu kepadanya. Perjalanan panjang cinta mereka yang telah terajut selama tiga tahun belakangan ini seperti sand

Catatan Kecil Untukmu

Hai ! Iya, kau yang punya senyum seindah itu. Apa kabarmu hari ini? Baik? Jangan tanya kabarku yang selalu membaik tiap melihatmu. Kau memiliki daya magis yang hebat. Setiap ada kesedihan yang mulai berani mendekatiku, kehadiranmu selalu berhasil mengusirnya. Meskipun kau tidak melakukan apa pun. Meskipun kau hanya berdiri di seberang sana. Kau tetap saja mampu mengusir kesedihan itu. Hebat. Memang, kata-kata Tere Liye ada benarnya, seseorang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik.  Bukan masalah besar bagiku bila harus terkungkung dalam imajinasi tentangmu. Aku bisa menikmatinya. Menikmati pesona yang kau pancarkan. Menikmati kata-katamu yang sederhana tapi bermakna. Menikmati gerak-gerikmu dari kejauhan. Me

Kepulan Rindu

Waktu memang begitu ajaib mengemas semua rindu yang terasa. Lihatlah! Rindu-rindu itu kini mulai berani mengepul. Tidakkah kau melihatnya? Mereka bersaing dengan gerombolan awan di langit yang indah di sana. Bukan. Bukan aku yang membuatnya terlepas begitu saja. Aku sudah menahannya semampuku. Sungguh. Namun, kau yang tidak pernah berhenti menyetorkan rindu-rindu itu. Setiap bayangan tentang senyum indah itu, selalu menambah jumlah rindu yang tertampung. Aku juga hanya wanita biasa, punya keterbatasan. Kau yang luar biasa. Sekarang sudah bulan ke sembilan di tahun ini. Itu artinya lima belas bulan aku menampung semua rindu itu. Wajar bukan jika saat ini rindu-rindu akhirnya mengepul? Kau selalu saja menambah rindu yang baru. Jadi, kupikir tak masalah jika kepulan rindu itu kini menuju langit yang indah di sana. Aku masih tetap bisa melihatnya, juga merasakannya. Begitu indah. Tenang saja, mereka tidak akan hilang, sepertinya mereka telah nyaman di sana.  Aku memang tidak bisa

Beasiswa Data Print

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya. Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta. Adapun peraturan cara penulisan essay adalah sebagai berikut : 1. Essay merupakan opini pribadi. Tuangkan ide kamu semenarik mungkin. 2. Penulisan dan ta

Ah Kamu (2)

Wajahmu kupandang lekat Bayangmu dalam imajiku begitu pekat Tolong jangan buatku nekat Aku paham kamu hebat Aku terlalu sibuk menunggu Padahal hidup bukan sekedar lagu Tak sangka dihampiri ragu Karena hanya mampu bertopang dagu Kamu datang tanpa disuruh Ketika aku mulai berpeluh Sepertinya harapan itu telah luruh Kukira kamu yang inginkan jauh Kurasa sudah terlambat Hati ini memang pernah tertambat Ketakutan itu cukup menghambat Membuat rasa enggan merambat Ah kamu tidak peka Cintaku bukan jenaka Tak perlu coba membuka Jika hanya torehkan luka Ya, aku merasa payah Rasa ini tak salah Harusnya tak mengharap upah Agar tak dirundung gelisah Aku coba buatnya tiada Meski terasa sesak dalam dada Katanya harapan itu masih ada Selama belum terbaring di keranda Biar saja di sini sendiri Aku tak mampu terus lari Kubariskan seluruh jari Supaya indah suatu hari