Posts

Jangan Ketuk Pintu

Aku masih terduduk di kursi kamarku. Rumah yang kutinggali tidak terlalu besar, namun merupakan tempat paling nyaman bagiku. Jarak kamarku dan pintu depan tidak terlalu jauh, karena itu aku dapat mendengar jika ada tamu yang hendak berkunjung. Duduk di depan cermin akhir-akhir ini menjadi aktivitas kesukaanku. Aku hanya ingin menikmati diriku, menatap lekat setiap yang kupunya. Kucoba tersenyum, cantik. Kucoba lihat dari berbagai sisi, ini masih diriku. Semoga aku mengingat setiap detilnya. Ada yang mengetuk pintu. Sekali. Aku masih duduk di kursi kamarku, depan cermin itu. Ketukan kedua. Aku mulai beranjak dari kursi, menuju pintu. Ketukan ketiga. Kusingkap sedikit tirai untuk melihat siapa yang datang. Seorang pemuda, berpakaian kasual, tangannya diletakkan di belakang, entah apa yang dibawanya. Setelah aku hendak membuka pintu, kemudian dia pergi. Mungkin aku terlalu lama membuka pintu. Mungkin dia punya kegiatan lain. Mungkin dia tidak benar-benar ingin berkunjung. Dan banyak

Gangguan Sinyal Dong, Please!

Sekitar pukul delapan malam bisa dibilang merupakan puncak arus balik para pejuang pencari nafkah. Tak heran, pada jam ini Stasiun Manggarai terlihat seperti lautan manusia. Terlebih, kereta yang menuju ke Bekasi, maupun Bogor. Padahal aku sudah menyiasati jam pulang kerjaku selepas maghrib, supaya tidak berdesakan di jalan raya menuju stasiun. But, yeah, that's a life....in Jakarta. Enjoy Jakarta!  Sebelum berjuang untuk bisa menaiki kereta Bekasi, kupikir ada baiknya membeli kopi dingin rasa alpukat kesukaanku. Setidaknya kafein dapat memasukkan adrenalin ke dalam sistem tubuhku supaya mendapat tambahan energi, dan juga memanipulasi produksi dopamin supaya aku merasa semua ini baik-baik saja. *ting-nong-ning-nong* " Commuter line tujuan Bekasi berangkat dari Stasiun Cikini, akan dipersiapkan masuk di peron 4." Kudengar pengumuman itu melalui pengeras suara. Aku beranjak dari tempatku menunggu, di peron 2. Karena di peron 4 sudah begitu banyak penumpang y

Memelihara Asumsi

Selama asumsi itu membuat dopamin memengaruhi otaknya, selama itu pula dia membiarkan asumsi yang hanya menyenangkannya bersarang dalam dirinya. Terpeliharalah kebahagiaan, semu.  Sebenarnya logika telah memeringatinya beberapa kali. Namun, akal sehatnya sedang lumpuh. Dia membiarkan dirinya dipermainkan asumsi.  Sepertinya waktu mulai menyunggingkan senyum miringnya. Bukan membuat waktu terkesan jahat, namun cepat atau lambat kenyataan akan menghempaskan asumsi-asumsi itu. Lalu dia merasa sesak. Merasa dunia tak adil. Merasa dipermainkan keadaan. Dalam taraf yang lebih ekstrim, bahkan merasa dirinya tak layak. Merasa kehilangan...... Kehilangan? Mengapa harus merasa kehilangan? Ketika sejatinya dia tak pernah benar-benar memiliki.

What is Your Purpose of Life?

Image
I used to think, what's my purpose of life? What is the aim of my existance? Have you ever thought that too? Well, as a muslim, if I read again, it already has been written in Quran. Take a look on Surah Adh-Dhariyat verse 56. So, for whoever asking those kind of questions, let me remind you about that. From there, at least we have foundation about our goal in this temporary life. When we're going to work, let it be based on Allah. When we're going to eat, remember it's because Allah's blessing. When you're happy or sad, don't forget Allah always there, closer than our artery. May peace be upon us.

You're Not That Special

" Sorry to say this, but you're not that special. " Kalimat itu masih begitu jelas terngiang. Entahlah akan tertanam atau dapat menguap begitu saja dari benakku. Lagi-lagi aku membiarkan diriku hanyut. Menekuni memori demi memori. Apa yang kucari? Belum berhasil. Hari ini aku gagal lagi. Mungkin besok bisa. Aku beranjak dari tempat dudukku. Tempat duduk andalan setiap aku mampir ke kedai kopi langgananku. Tempat duduk andalan setiap kali aku butuh menyelami diriku. Namun lagi-lagi, aku membiarkan diriku hanyut. *** Kemudian kamu datang. Menatapku dengan sepasang mata yang belum berani kuartikan maknanya. Bukan, rasanya ini bukan soal waktu. Aku tak yakin. "Kemarin, hari ini, besok, atau kapan pun, kamu tetap kamu, dan aku tetap aku. Apa yang membuatmu khawatir?" "Kadang waktu tak peduli siapa aku atau kamu.", jawabku.

Just Don't Believe What They Say

"Sometimes you need to be deaf." Maybe that quote is quite true. Some people just say what they want to, without thinking what the impact of their saying. As a human, who has mind and feeling, I think we need to think first every words we speak. Whether those words will hurt others' feeling or not.  I know there is a law that allow you to freely speak your opinion, called human right. But... really? You need to read the law again. You are allowed to freely speak your opinion as long as you can be responsible for it. They don't even know the beauty of differences that created by Allah. I have these things, you have those things. Just because I don't have yours, doesn't mean I'm not normal. I prefer to call it uniqueness.  You know what? Just don't believe what they say. Because they can be wrong. Don't let negativity fullfil your mind and make you think that you are what they said. No! Take a mirror, stare at it, smile and say "

Rasanya Ikut Open Trip: Main ke Ciremai Via Palutungan

Image
Istilah open trip dewasa ini sudah tak asing lagi. Banyak sekali travel agent, event organizer, hingga komunitas, yang membuat open trip . Pada prinsipnya, open trip merupakan kegiatan melakukan perjalanan bersama dengan beberapa orang, baik yang sudah dikenal sebelumnya maupun yang belum dikenal sama sekali. Namun, biasanya image untuk open trip ini cenderung pergi bersama dengan orang yang belum dikenal karena tujuannya adalah menambah pertemanan. Bagi para pelancong supel, menambah teman baru tentu menjadi suatu hal yang begitu menyenangkan. Namun, mengingat kemampuan interpersonal tiap individu yang tentunya berbeda-beda, maka tidak semua orang dapat merasa bahagia melakukan kegiatan open trip ini. Misalnya bagi saya, menemui orang baru adalah suatu hal yang belum bisa saya sebut menyenangkan. Hingga suatu hari saya melihat poster open trip ke Ciremai dalam rangka sumpah pemuda. Kemudian "waham auditorik" pun mulai menggerayangi telinga dan pikiran saya. &quo