Posts

Are You Sad?

" lu sedih gak sih? " Seseorang yang sangat dekat denganku, seseorang yang bisa dibilang paling banyak mendengar kisahku, mengirimkan pesan singkat itu.  Beberapa kejadian memang terasa tak mudah. Kadang aku dibuat meneteskan air mataku. Kadang aku dibuat merasa tak berdaya.  And it sucks, honestly. Bukan bermaksud menyalahkan, tapi mungkin doktrin masa kecil cukup berpengaruh tanpa kita sadari. Tak jarang, orang tua cenderung melarang atau bahkan mungkin di beberapa kasus, ada orang tua yang memarahi anaknya ketika menangis, terlebih di depan umum.  "Jangan nangis, malu tuh diliatin banyak orang!" Kemudian pikiran itu bersarang cukup lama. Menangis adalah hal memalukan. Menangis membuatmu terlihat lemah. Padahal yang harus kau tunjukkan adalah kekuatanmu. Jangan. Menangis! Padahal kan sayang sekali ya, bayangkan kalau kita tak menangis dalam jangka waktu yang cukup lama. Mungkin kelenjar air mata yang kita punya mulai lupa jati dirinya,

Cinta Harus Memiliki?

Kemarin minggu, aku sama temen-temen dari twitter nyobain ngopi di Filkop Melawai. Asik juga ngopi di sana, jadi mau lagi di lain kesempatan. Trus kemarin sempat bahas soal cinta. Jadi aku pernah liat ada yang update di twitter, apa patah hati terbesar yang pernah kamu alami? Trus ada jawaban menarik di kolom komentar, katanya gini "when you give 98% but you just get 5%" Entah kenapa, aku gemes banget bacanya. Akhirnya kubales gini "pamrih hehe". Ternyata dibales lagi sama orang itu gini "sering mengalami cinta tapi tak memiliki ya?" Hmmm.... Menarik kan? Temen-temen yang lain punya tanggapan yang kurang lebih sama, yaitu cinta emang mesti timbal balik. Take and give. Misalnya kalo aku ngasih 90%, setidaknya dia ngasih 50%. Gak harus selalu sama, asal kebutuhan masing-masing terpenuhi. Maksudnya, dalam hal ini mungkin dengan 50% itu aku sudah merasa senang, sementara dia butuh 90%. Nah balik ke soal 98% vs 5%. Bagiku, ketika aku mencintai dan ingin m

We All Cry Differently

Pernah nonton film korea berjudul "We All Cry Differently"? Oke, beberapa orang mungkin sudah semenutup diri itu untuk semua hal berbau korea. Aku dulu pernah juga begitu. Tapi itu sebelum aku nonton drama-dramanya, baik yang film atau serial. Setelah nonton beberapa drama korea, aku jadi tau bedanya pola alur ceritanya ternyata beda sama sinetron lokal kita. Dan ini cukup menggugahku untuk bisa bikin script serial buat bisa ditampilin di tv nasional ahahahhahaha ngimpi aje dulu. Nah, balik ke We All Cry Differently ini... Gokil sih, bisa punya sudut pandang kayak gitu. Sedikit spoiler ya mungkin. Ya gimana, kecoak gitu, yang biasanya dipandang sebagai hewan menjijikan yang mesti banget dibasmi. Ini bisa dilihat dari sisi berbeda. Jujur, abis nonton ini, aku jadi mulai mikirin kecoak. Iya juga ya, padahal mereka tuh gak berisik. Tapi tetep aja orang-orang gak suka. Tetep aja banyak yang nafsu banget ngebunuh begitu liat kecoak. Kita, manusia, sering banget berisik. Di

Jangan Takut Salah

Well, helloooo.... Kali ini aku mau cerita tentang kesalahan. Aku mencontohkan diriku sendiri aja. Seriiiiiiing banget aku ngerasa takut salah. Itu jadi menghambat pergerakanku sih. Misalnya buat menyampaikan apa yang kupikirin pun, lebih suka milih buat disimpen aja daripada dikeluarin tapi salah, berdasarkan standar kebenaran lawan bicaraku. Entah apa yang melatarbelakangi itu. Tapi emang gak mudah mengubah apa yang udah bersarang sekian puluh tahun dalam benak kita ini, jadi sesuatu yang baru. Cuma gak masalah juga kalo mau dicoba. Belakangan ini aku lagi belajar di desa kan. Nah, ada satu momen saat diskusi bareng, aku ditanyain pendapat. Apa yang kupikirkan. Truuuss, perasaan takut salah itu langsung muncul seketika dan menghambat kata-kata yang mestinya bisa dikeluarkan, menghambat apa yang bisa kupikirkan. Aku seperti dijajah oleh ketakutan yang entah darimana asalnya. Dan ia menyadari itu. "Lu takut sama gue ya?" "Enggak, gue..takut salah.." jawabku. &

Maafkan Aku, Diriku

Ini dia nih emang penyebab gak percaya diri. Aku terlalu sering membohongi diriku. Padahal udah janji mau posting tiap hari, tapi sejak awal aja udah kayak gini, melanggar teruuuussss. So, maafkan aku, diriku. Beberapa hari ini aku lagi kurang sehat, batuk pilek udah sekitar dua minggu kayaknya. Ada yang bilang kalo aku masokis heheh. Iya itu becanda. Mungkin aku terkesan senang merasa sakit, sampe membiarkan batuk pilek ini bersarang hingga dua minggu dalam diriku. Oke, maafkan aku lagi yaaa, diriku. Batuk pilek itu kayak penyakit yang sering banget disepelein deh. Ah, cuma batuk pilek, ntar juga sembuh sendiri. Tapi nyatanya hingga 2 minggu, batuk pilek ini masih betah nempel di diriku. Tenang, aku udah berobat ke dokter kok. Namanya dokter Ajib heheh. Dokternya baik banget. Daaan, biaya berobatnya murah banget dah, periksa dan obat 5 kantong dihargai 40ribu!! Iyasih, ini di desa. Oh ya, aku lagi belajar di desa, daerah Purbalingga. Semoga aja aku mampu menyerap banyak hal supaya

Dengarkan Dirimu

Image
Oke, ini mestinya jadi jurnal kemarin. Cuma karena hidup emang sepenuh-kejutan ituuuh, jadi gagal posting. heheheh alasan! Nemu Mainan Baru Jadi kemarin tuh aku nemu aplikasi buat nyoret-nyoret gitu. seru sih. Sebenernya nemunya pas lagi scroll twitter, di kolom reply dari thread komikus gitu. Nama aplikasinya Autodesk SketchBook . Bisa diunduh dari playstore. Trus kucoba-coba deh. Ini hasil karya awalku... Yang ini masih kurang masuk akal sih ya, karena kayaknya si orang ini bisa terbang gitu buat bisa duduk di ayunannya yang super duper ketinggian dari daratan hehehehe. Kalo yang ini masih busuk ajasih tulisannya juga heheheh. Jariku perlu dilemesin lagi nih. Sangat sangat sangat sangat sangat perlu laaaah. Inner Voice is Real Pernah gak sih ngerasa kayak ada suara yang bisikin gitu? Entah itu namanya apa, inner voice? intuisi? suara hati? Ya pokoknya itu lah. Kemarin itu ada kayak yang bisikin gitu deh. Nah aku ikutin, dan itu beneran membantu. Sebe

Digerogoti Kerinduan

Bukannya aku mau merajuk pada semesta, sebab ia lebih dekat denganmu. Aku hanya belum tahu cara paling baik mengelola rasaku. Pada setiap kenang yang mampu begitu saja menggenang, menggerayang, membuat sebagian jiwaku mulai berontak melayang. Mengunjungi tiap-tiap kejadian yang sempat kita lalui bersama. Segala air mata kemudian hanya mampu berjatuhan di hadapan rembulan. Sebab matahari terlalu berambisi untuk menguapkannya. Kemudian yang mampu kulakukan hanya mendistraksi diriku, dari segala hal yang mampu membangkitkan ingatan tentangmu. Bukan, aku tak pernah berniat melupakan. Kau adalah serangkaian muatan yang tak akan kuhapus dari memoriku. Aku rindu lagi. Aku menangis lagi. Tapi tak ada yang bisa mendeteksi air mataku, karena mereka mampu menjelma binar. Mataku tak sembab sayang, apalagi di hadapan mereka yang lebih senang melihat senyumku. Tenang saja, ruam itu hanya bersarang di dalamku. Sedang apa kau? Aku ingin bisa bertemu. Memanjakan kembali lidah kita oleh mak