Posts

Tentang Hujan dan Kenangan di Dalamnya

Oleh: Krisman JS. Banyak hal yang ingin dijelaskan hujan kepada segala hal yang disentuhnya, dilewatinya, tapi tak satupun yang mampu tersampaikan. Hujan hanya ingin menyampaikan bahwa kehadirannya mampu memberi kesegaran pada setiap makhluk hidup di Bumi. Meski ia harus melalui proses yang begitu panjang, mulai dari genangan air di lautan yang diuapkan cahaya matahari, hingga berkumpul membentuk awan kelabu. Seraya ingin menyampaikan, birunya langit yang berubah menjadi kehitaman itu tidak perlu menjadi sesuatu yang ditakuti. Di balik gelapnya awan, ada kejernihan hujan yang akan ikut turun bersama ke Bumi. Beberapa orang ada yang menghindari kedatangan hujan karena disinyalir bisa meningkatkan hawa mager (males gerak, istilah anak muda masa kini). Belum lagi, hujan yang turun dalam durasi lama mampu menyulap tempat tertentu yang semula permukiman menjadi semacam lautan sementara. Meski demikian, beberapa yang lain ada juga yang merindukan kedatangan hujan. Begitulah hujan, hadir

We're All Bad in Someone's Story

Image
Sejujurnya, aku gak ngikutin Avenger dan kawanannya itu. Tapi waktu film Infinity War, aku ikutan nonton. Dan tokoh yang menarik buatku adalah Thanos, dengan segala keunguannya heehhee. Adegan yang cukup mengejutkan adalah ketika Thanos mendorong Gamora, anaknya sendiri, ke jurang, sampai mati! Demi mewujudkan cita-citanya. I was amazed! Daaan... kayaknya udah familiar banget ya cita-cita Thanos ini, menghilangkan setengah populasi dunia supaya sumberdaya yang ada bisa cukup digunain.  Here's the meme anyway~ Thanos mungkin dilihat sebagai tokoh yang jahat, bagi mereka yang terbunuh. Thanos mungkin juga dilihat sebagai pahlawan, bagi mereka yang ternyata terselamatkan dan bisa tetap menikmati sumberdaya yang tersedia. Dari sini, aku makin yakin kalo kita gak berhak nentuin seseorang jahat atau baik karena emang tiap kita punya semua potensi itu.  Dulu, aku menganggap kalo aku ini orang baik. Karena aku merasa mengikuti banyak aturan "baik" yang diajarka

Kadang-kadang, Seringkali

Kadang-kadang aku merasa kecewa Kadang-kadang aku ingin menangis, meski tanpa alasan Kadang-kadang aku ingin berteriak hingga serak Kadang-kadang aku ingin menampar pipiku sendiri Kadang-kadang aku ingin merajuk Kadang-kadang aku menyalahkan diriku Kadang-kadang aku begitu gelisah saat menunggu Kadang-kadang aku merasa waktu begitu cepat melaju Kadang-kadang aku merasa waktu sangat lamban Kadang-kadang aku merasa dunia ini tak adil Kadang-kadang aku begitu memaksa diriku untuk belajar menerima Kadang-kadang aku merasa hanya begitu pandai menasehati Kadang-kadang aku seperti hilang arah Kadang-kadang aku merasa sepi Kadang-kadang aku merasa tak ada yang mampu memahamiku Kadang-kadang... Ya, itu semua hanya kadang-kadang. Seringkali aku merasa dilindungi Seringkali aku merasa diperhatikan Seringkali aku merasa dicintai, setidaknya oleh diriku sendiri.

Gadis yang Kecewa

Ada seorang gadis sedang berjalan melewati toko pakaian. Ada pakaian yang sangat menarik si gadis. Ingin sekali rasanya ia mengenakannya. Dicobanya lah pakaian itu. Ternyata nyaman sekali. Si gadis mulai jatuh cinta. Sialnya, sang ayah merasa keberatan. Harganya terlalu tinggi. Masih banyak hal yang bisa ditebus dengan harga itu. Si gadis tak ingin membuat ayahnya terluka. Ia kuburkan keinginan memiliki pakaian itu. Setidaknya ia pernah merasakan bagaimana nyamannya saat mengenakan pakaian itu. Setidaknya ada memori yang bisa ia kenang meski sangat singkat. Sialnya, satu-satunya kebebasan yang dimiliki manusia adalah kebebasan menentukan sikap. Sisanya, ya terima saja. Bagaimana pun rasanya. Karena terkadang ada hal yang ternyata tidak bisa sesuai dengan apa yang diharapkan, sebanyak apapun diusahakan. Sialnya, si gadis menyadari bahwa ia tidak hidup hanya dengan dirinya sendiri. Pakaian yang menurutnya nyaman ternyata tak selalu memberi kenyamanan bagi yang lain. Baginya, penila

Are You Sad?

" lu sedih gak sih? " Seseorang yang sangat dekat denganku, seseorang yang bisa dibilang paling banyak mendengar kisahku, mengirimkan pesan singkat itu.  Beberapa kejadian memang terasa tak mudah. Kadang aku dibuat meneteskan air mataku. Kadang aku dibuat merasa tak berdaya.  And it sucks, honestly. Bukan bermaksud menyalahkan, tapi mungkin doktrin masa kecil cukup berpengaruh tanpa kita sadari. Tak jarang, orang tua cenderung melarang atau bahkan mungkin di beberapa kasus, ada orang tua yang memarahi anaknya ketika menangis, terlebih di depan umum.  "Jangan nangis, malu tuh diliatin banyak orang!" Kemudian pikiran itu bersarang cukup lama. Menangis adalah hal memalukan. Menangis membuatmu terlihat lemah. Padahal yang harus kau tunjukkan adalah kekuatanmu. Jangan. Menangis! Padahal kan sayang sekali ya, bayangkan kalau kita tak menangis dalam jangka waktu yang cukup lama. Mungkin kelenjar air mata yang kita punya mulai lupa jati dirinya,

Cinta Harus Memiliki?

Kemarin minggu, aku sama temen-temen dari twitter nyobain ngopi di Filkop Melawai. Asik juga ngopi di sana, jadi mau lagi di lain kesempatan. Trus kemarin sempat bahas soal cinta. Jadi aku pernah liat ada yang update di twitter, apa patah hati terbesar yang pernah kamu alami? Trus ada jawaban menarik di kolom komentar, katanya gini "when you give 98% but you just get 5%" Entah kenapa, aku gemes banget bacanya. Akhirnya kubales gini "pamrih hehe". Ternyata dibales lagi sama orang itu gini "sering mengalami cinta tapi tak memiliki ya?" Hmmm.... Menarik kan? Temen-temen yang lain punya tanggapan yang kurang lebih sama, yaitu cinta emang mesti timbal balik. Take and give. Misalnya kalo aku ngasih 90%, setidaknya dia ngasih 50%. Gak harus selalu sama, asal kebutuhan masing-masing terpenuhi. Maksudnya, dalam hal ini mungkin dengan 50% itu aku sudah merasa senang, sementara dia butuh 90%. Nah balik ke soal 98% vs 5%. Bagiku, ketika aku mencintai dan ingin m

We All Cry Differently

Pernah nonton film korea berjudul "We All Cry Differently"? Oke, beberapa orang mungkin sudah semenutup diri itu untuk semua hal berbau korea. Aku dulu pernah juga begitu. Tapi itu sebelum aku nonton drama-dramanya, baik yang film atau serial. Setelah nonton beberapa drama korea, aku jadi tau bedanya pola alur ceritanya ternyata beda sama sinetron lokal kita. Dan ini cukup menggugahku untuk bisa bikin script serial buat bisa ditampilin di tv nasional ahahahhahaha ngimpi aje dulu. Nah, balik ke We All Cry Differently ini... Gokil sih, bisa punya sudut pandang kayak gitu. Sedikit spoiler ya mungkin. Ya gimana, kecoak gitu, yang biasanya dipandang sebagai hewan menjijikan yang mesti banget dibasmi. Ini bisa dilihat dari sisi berbeda. Jujur, abis nonton ini, aku jadi mulai mikirin kecoak. Iya juga ya, padahal mereka tuh gak berisik. Tapi tetep aja orang-orang gak suka. Tetep aja banyak yang nafsu banget ngebunuh begitu liat kecoak. Kita, manusia, sering banget berisik. Di