Kamu Bukan Ayahku
Aku sudah dengan cantiknya menikmati kopi di kedai kesukaanku dan Mas Kusuma. Sore ini kami janjian bertemu, ada yang ingin kubicarakan dengannya jadi aku memintanya datang. Sengaja kupilih tempat di kedai kesukaan kami, barangkali memori tentang apa yang telah kami lakukan dapat menstimulus amigdala Mas Kusuma. Aku berencana memesankan americano untuknya, berharap kafein yang berkumpul dalam satu gelas itu dapat memicu dopamin Mas Kus sehingga aku hanya perlu menyampaikannya dengan anggun dan sedikit senyuman. Manusia memang pandai berencana. Jam masih menunjukkan pukul 16.30, kami janjian jam 5 sore. Aku sengaja datang lebih awal beberapa puluh menit. Rencananya supaya aku punya waktu untuk mengatur detak jantung dan pernapasanku. Lagi-lagi, mengatur rencana sepertinya akan jadi kegemaran baruku. Aku lihat lagi warna bibirku, masih terpoles rapih. Tenang saja, aku tidak menggunakan warna merah, hanya warna agak coral supaya terlihat lebih natural. Aku hanya tidak ingin Mas Kus berang...