Posts

Jangan Takut Salah

Well, helloooo.... Kali ini aku mau cerita tentang kesalahan. Aku mencontohkan diriku sendiri aja. Seriiiiiiing banget aku ngerasa takut salah. Itu jadi menghambat pergerakanku sih. Misalnya buat menyampaikan apa yang kupikirin pun, lebih suka milih buat disimpen aja daripada dikeluarin tapi salah, berdasarkan standar kebenaran lawan bicaraku. Entah apa yang melatarbelakangi itu. Tapi emang gak mudah mengubah apa yang udah bersarang sekian puluh tahun dalam benak kita ini, jadi sesuatu yang baru. Cuma gak masalah juga kalo mau dicoba. Belakangan ini aku lagi belajar di desa kan. Nah, ada satu momen saat diskusi bareng, aku ditanyain pendapat. Apa yang kupikirkan. Truuuss, perasaan takut salah itu langsung muncul seketika dan menghambat kata-kata yang mestinya bisa dikeluarkan, menghambat apa yang bisa kupikirkan. Aku seperti dijajah oleh ketakutan yang entah darimana asalnya. Dan ia menyadari itu. "Lu takut sama gue ya?" "Enggak, gue..takut salah.." jawabku. &

Maafkan Aku, Diriku

Ini dia nih emang penyebab gak percaya diri. Aku terlalu sering membohongi diriku. Padahal udah janji mau posting tiap hari, tapi sejak awal aja udah kayak gini, melanggar teruuuussss. So, maafkan aku, diriku. Beberapa hari ini aku lagi kurang sehat, batuk pilek udah sekitar dua minggu kayaknya. Ada yang bilang kalo aku masokis heheh. Iya itu becanda. Mungkin aku terkesan senang merasa sakit, sampe membiarkan batuk pilek ini bersarang hingga dua minggu dalam diriku. Oke, maafkan aku lagi yaaa, diriku. Batuk pilek itu kayak penyakit yang sering banget disepelein deh. Ah, cuma batuk pilek, ntar juga sembuh sendiri. Tapi nyatanya hingga 2 minggu, batuk pilek ini masih betah nempel di diriku. Tenang, aku udah berobat ke dokter kok. Namanya dokter Ajib heheh. Dokternya baik banget. Daaan, biaya berobatnya murah banget dah, periksa dan obat 5 kantong dihargai 40ribu!! Iyasih, ini di desa. Oh ya, aku lagi belajar di desa, daerah Purbalingga. Semoga aja aku mampu menyerap banyak hal supaya

Dengarkan Dirimu

Image
Oke, ini mestinya jadi jurnal kemarin. Cuma karena hidup emang sepenuh-kejutan ituuuh, jadi gagal posting. heheheh alasan! Nemu Mainan Baru Jadi kemarin tuh aku nemu aplikasi buat nyoret-nyoret gitu. seru sih. Sebenernya nemunya pas lagi scroll twitter, di kolom reply dari thread komikus gitu. Nama aplikasinya Autodesk SketchBook . Bisa diunduh dari playstore. Trus kucoba-coba deh. Ini hasil karya awalku... Yang ini masih kurang masuk akal sih ya, karena kayaknya si orang ini bisa terbang gitu buat bisa duduk di ayunannya yang super duper ketinggian dari daratan hehehehe. Kalo yang ini masih busuk ajasih tulisannya juga heheheh. Jariku perlu dilemesin lagi nih. Sangat sangat sangat sangat sangat perlu laaaah. Inner Voice is Real Pernah gak sih ngerasa kayak ada suara yang bisikin gitu? Entah itu namanya apa, inner voice? intuisi? suara hati? Ya pokoknya itu lah. Kemarin itu ada kayak yang bisikin gitu deh. Nah aku ikutin, dan itu beneran membantu. Sebe

Digerogoti Kerinduan

Bukannya aku mau merajuk pada semesta, sebab ia lebih dekat denganmu. Aku hanya belum tahu cara paling baik mengelola rasaku. Pada setiap kenang yang mampu begitu saja menggenang, menggerayang, membuat sebagian jiwaku mulai berontak melayang. Mengunjungi tiap-tiap kejadian yang sempat kita lalui bersama. Segala air mata kemudian hanya mampu berjatuhan di hadapan rembulan. Sebab matahari terlalu berambisi untuk menguapkannya. Kemudian yang mampu kulakukan hanya mendistraksi diriku, dari segala hal yang mampu membangkitkan ingatan tentangmu. Bukan, aku tak pernah berniat melupakan. Kau adalah serangkaian muatan yang tak akan kuhapus dari memoriku. Aku rindu lagi. Aku menangis lagi. Tapi tak ada yang bisa mendeteksi air mataku, karena mereka mampu menjelma binar. Mataku tak sembab sayang, apalagi di hadapan mereka yang lebih senang melihat senyumku. Tenang saja, ruam itu hanya bersarang di dalamku. Sedang apa kau? Aku ingin bisa bertemu. Memanjakan kembali lidah kita oleh mak

Kisah Ikan dan Burung

Siang ini aku sedang menikmati bekal makan siangku di bangku kayu kesukaanku dekat kolam belakang sekolah. Di kolam itu ada banyak sekali ikan, dan mereka cantik-cantik. Semilir angin, matahari yang bersinar terang, langit yang begitu cerah, hari ini adalah hari yang sempurna untuk menikmati bekal makan siangku.  Ada ikan cantik yang biasanya berenang ke tepian kolam dekat tempatku duduk. Kukira ia ingin mengajakku berteman. Namun, tak jauh dari tempatku duduk, ada seekor burung kecil yang sedang istirahat dan minum air kolam. Ini bukan kali pertama aku menikmati bekal makan siangku di bangku kayu dekat kolam belakang sekolah. Pemandangan ikan dan burung itu bukan kali pertama tertangkap penglihatanku. Manis sekali mereka. Namun siang ini terasa berbeda. Siang ini ikan cantik itu terlihat gelisah. Ia berenang ke tepi, kemudian ke tengah kolam, lalu ke tepi kembali. Kulihat sekelilingku, sang burung belum tiba. Bekal makananku sudah habis. Bel masuk belum berbunyi, jadi aku bel

After Watching Interstellar

It was not the first time, well actually I watched it twice. Yass, Interstellar. At first, I had no idea what was going on. I still remember when I came out from theatre, I was so blurred. Like, what happened? Yesterday, when I had nothing to do, I had an idea to watch Interstellar, again. This time was slightly better. There are several points I got... First, this whole life is all about love. And I think it's too narrow if your perspective about love is just what happen between girl and boy. Love is more than that. Love is so powerful that can't be limited by time and space. But we just don't understand. Second, yes of course about Murphy's Law. Anything than can go wrong, it will. And wrong doesn't always mean bad. It just means whatever can happen, will happen, like what Cooper said. Third, another person(s) that we love mostly be the reason why we wanna survive, to stay alive. And we need that. Oh again, love. Please don't be afraid to love, be in love.

Untuk Kamu yang Begitu Teduh

Beberapa hari belakangan ini, rasanya matahari sedang bersemangat sekali bersinar. Tanaman yang diatur sedemikian rupa di taman kota belum cukup membuat cuaca lebih sejuk. Namun aku tetap harus berjalan. Menyusuri tiap sudut kota. Menikmati segala yang telah diberikan. Perjalanan kali ini cukup menarik. Aku menemukan sebuah rumah yang terlihat agak kumuh, tapi begitu sejuk. Begitu teduh. Panasnya matahari membuatku ingin sekali masuk ke sana untuk numpang berlindung. Aku berdiri di depan rumah itu. Tidak ada pagar, tapi pekarangannya cukup luas. Tentu saja aku ingin mencari letak pintunya. Agar dapat kuketuk, kuberi salam sang empunya rumah, dan kutanya apakah aku boleh masuk ke dalam. Aku masih berdiri di depan rumahnya, cukup lama. Mencoba berpikir sekaligus mengobservasi. Entah mengapa dorongan dalam diriku begitu kuat. Akhirnya aku menemukan pintunya. Kuketuk perlahan, belum ada jawaban. Kuketuk agak kencang sambil mengucap salam, belum ada jawaban. Namun kali ini aku mendenga